Pasca Serangan Brussels, Harga Minyak Stabil
TRANSINDONESIA.CO – Harga minyak dunia diperdagangkan hampir tidak berubah pada Rabu (23/3/2016) WIB, dengan pasar menunjukkan sedikit terpengaruh dari serangan bom di Brussels, Belgia, yang menewaskan sekitar 35 orang.
Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei turun tujuh sen menjadi ditutup pada 41,45 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Patokan Eropa minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Mei bertambah 25 sen menjadi menetap di 41,79 dolar AS per barel di perdagangan London.
Para analis mengatakan serangan seperti itu cenderung menghambat aktivitas ekonomi yang dapat menempatkan beberapa tekanan pada harga minyak, terutama karena Bandara Zaventem Brussels adalah salah satu dari dua target pengeboman, yang diklaim oleh kelompok Negara Islam.
“Apa yang telah kita lihat di masa lalu dengan serangan-serangan teror, selalu ada sedikit kekhawatiran bahwa hal itu akan mengakibatkan penurunan pada permintaan,” kata Phil Flynn dari Price Futures Group.
“Karena ini adalah bandara yang sangat populer di Eropa, ada kekhawatiran bahwa orang akan membatalkan liburan, dan kemungkinan bahwa permintaan untuk bahan bakar jet akan turun.” Sekretaris Jenderal OPEC Abdalla el-Badri mengatakan di Wina pada Senin bahwa 15 negara atau 16 negara akan bergabung dalam pembicaraan tentang pembatasan produksi di Doha pada 17 April, Bloomberg News melaporkan.
Badri juga mengatakan ia berharap bahwa harga telah “di posisi terbawahnya,” menambahkan bahwa ia memperkirakan minyak mentah akan mengalami kenaikan “moderat” daripada pencapaian tingkat-tingkat tinggi sebelumnya.
Kementerian minyak Qatar telah mengundang Iran untuk pertemuan, sekalipun Teheran bersikeras tidak siap menerima pembatasan produksi. Prospek pengecualian Iran telah membuat harga minyak mentah dunia di bawah tekanan, meskipun peningkatan produksi Iran sejauh ini menjadi lebih diimbangi oleh penurunan tajam produksi oleh anggota OPEC lainnya, terutama Irak.
Menurut laporan bulanan terbaru OPEC, Iran memproduksi 3,1 juta barel minyak mentah per hari pada Februari, naik dari 2,9 juta pada Januari. Keseluruhan produksi oleh kartel turun 175.000 barel per hari pada Februari menjadi rata-rata 32,28 juta barel per hari, terutama karena penurunan tajam dalam produksi Irak dan penurunan lebih kecil di Nigeria dan Uni Emirat Arab.
Analis CMC Markets, Michael McCarthy, yang berbasis di Sydney, mengatakan pedagang tidak berharap banyak dari pertemuan Qatar. “Saya akan terkejut jika banyak orang di pasar minyak banyak berharap untuk pertemuan ini,” katanya kepada AFP.
“Tingkat kepercayaan dibutuhkan untuk mendapatkan begitu banyak negara dan perusahaan yang berbeda guna mengurangi produksi mereka, saya tidak berpikir ada. Meskipun mungkin menambah nada kuat pasar, saya tidak berpikir itu merupakan pendorong utama.”[Ant/Lin]