Bencana Masa Depan, Kebodohan Pendidikan Knowing
TRANSINDONESIA.CO – Pendidikan adalah pusat unggulan, landasan masa depan bangsa. Pendidikan bermutu dimulai dari kualitas guru-gurunya. Setelah bom atom meluluh lantakkan Hirosima dan Nagasaki, pertanyaan Kaisar Hirohito, “masih ada berapa guru yang tersisa?”.
Walau Jepang kalah dalam perang dunia kedua namun bisa bangkit membangun bangsanya menjadi bangsa modern karena memiliki SDM yang berkarakter. Karakter SDM inilah yang dibangun oleh guru-guru melalui sistem pendidikan.
Karakter dapat dilihat dari integritas, kompetensi, komitmen dan keunggulan. Bagaimana dengan pendidikan kita? Banggakah para pendidik kita? Bagaimana tingkat kesejahteraan para guru? Apakah para guru mendapat tempat terhormat dalam strata sosial dalam masyarakat?
Bagaimana kualitas guru-gurunya? Bagaimana dukungan, perhatian akan pendidikan dan komponen-komponennya?
Tatkala pendidikan masih sebatas syarat administrasi, mengutamakan nilai dan ranking, bukan proses transformasi maka pendidikan tidak menjadi kebanggaan karena tidak menghasilkan SDM yang berkarakter.
Para murid atau siswa sebatas menghafal dan hanya knowing sekedar tahu karena tidak menemukan dan parahnya lagi bergantung pada kaum out sourching. Untuk menjadi being akan sangat sulit, knowing akan cepat menguap hanyut ditelan waktu dan tentu saja tidak menghasilkan apa-apa bagi kehidupan siswa maupun orang lain.
Mungkin saja ia menjadi pejabat, kaya raya, terkenal namun dapat dipastikan ia can not doing anything. Karyanya tidak ada, seandainyapun menjadi pemimpin karena karbitan dan yang parah lagi kalau produk bargaining.
Mereka tidak akan mampu menunjukkan karakternya. Bencana masa depan adalah kebodohan. Tatkala guru tidak menjadi kebanggaan, pendidikan tidak menjadi pusat unggulan, maka bom waktu sedang ditabur dan menunggu saat meledak.
Ini salah satu kejahatan dan kekejaman sebuah generasi bagi generasi mendatang. Karena mewariskan system-sistem yang membodohkan yang tidak mampu membangun sistem yang baik untuk menyiapkan SDM yang berkarakter sebagai penerus atau pengganti.[CDL-17032016]
Penulis: Chryshnanda Dwilaksana