
TRANSINDOENSIA.CO – Fenomena memvisualisasikan Nabi dan Rasul Muhammad SAW dalam bentuk gambar kartun maupun cerita muncul di negara-negara yang sudah maju baik ekonomi, sosial budaya serta berdemokrasi namun tidak matang dalam berpikir tentang keagamaan.
Bahkan, semakin tidak matangnya, demokrasi yang paling ditonjolkan mereka justru menginjak-injak demokrasi itu sendiri, dalam hal ini kebebasan memilih atau memeluk agama mapun keyakinan umat.
Peristiwa penyerangan salah satu media massa di Prancis dan juga di negara bagian Amerika baru-baru ini menunjukkan adanya ketidak senangan bagi umat yang berkenyakinan bahwa hal tersebut adalah tabu.
Lalu muncul pertanyaan, “Mengapa mereka mengurus agama orang lain, dan mengapa mereka tidak mengurus agamanya sendiri. Mengapa? (why they take care of other religions and why they did not take care of their own religion. Why?)”
Dalam Islam, Rasul Muahammad SAW yang diyakini sampai hari kiamat adalah utusan Allah SWT dan pembawa kebaikan bagi umat manusia di muka bumi menyampaikan pesan Al Qur’an disalah satu surahnya yaitu, surah Al Kafirun ayat (109:6): Lakum diinukum waliya diin (Untukmu Agamamu,dan untukkulah Agamaku).
Hal ini sudah terang dan pasti bagi umat Islam, jadi uruslah agamamu jangan urusi agama orang lain.
Penulis: Syafruddin (Pemerhati sosial, budaya dan agama)