
TRANSINDONESIA.CO – Hidup adalah perjalanan sekaligus proses untuk menunjukan bahwa hidup ada karena ada tanda kehidupan yang menyala, menggerakan dan terus membawa harapan.
Hidup manusia menjadi sesuatu banget, suka, duka, canta tawa, asa, lara, beraduk menjadi satu, tergantung kita memahami dan memaknai serta mampu menanggapinya.
Hidup adalah perjuangan, apapun mahkluknya, semua berproses, termasuk dalam menemukan keyakinanya. Manusia yang manusiawi akan terus berbagi kasih dengan sesamanya semaksimal ia bisa dan dengan segala daya yang dia punya untuk menjadikan bagian dari penghayatan hidupnya.
Bagi sebagian yang mengandai andai dengan mimpi dan harapan, ego pada akuismenya ia akan terus mengembagkan apa yang ia suka persetan sesama dan lingkunganya.
Hidup bagai aliran air yang terus mengalir menjelajahi sampai akhir zaman. Hidup dari mana, bagaimana dan akan kemana: sangkan paran.
Hidup memang bukan dari yang hidup disini, ada sesuatu yang menghidupkan, ada yang gaib, ada yang ajaib.
Hidup menjadi misteri? Dimana roh? Dimana jiwa? Bagaimana bentuknya? Hidup menjadi sebuah tanda, yang dapat dimaknai. Manusia yang hidup memerlukan pemanusiaan dan terus dimanusiakan agar dapat bertahan hidup tumbuh dan berkembang.
Hidup adalah perjuangan, untuk bertahan, mengisi kehidupan, kembali menuju keabadian yang menjadi hakekat manusia.
Manusia tak hanya lahir, hidup dan mati. Pra lahir, saat lahir, dalam masa hidupnya hingga kematiannya semuanya dalam proses dan perjuangan.
Manusia memang berkewajiban memanusiakan manusia lainnya (homo homini salus). Manusia memang bisa juga sebaliknya, memusnahkan kehidupan atau menjadi serigala bagi manusia lainnya (homo homini lupus).
Sangkan paran sebagai tanda pangeling eling untuk memanusiakan manusia dengan cara-cara yang manusiawi.(CDL-Jkt230515)
Penulis: Chryshnanda Dwilaksana