TRANSINDONESIA.CO – Pemerintah pertimbangkan untuk menggusur spektrum (frekuensi) yang dipakai PT Smartfren Telecom Tbk di frekuensi 1900 Mhz. Rencananya spektrum yang dipakai perusahaan berbasis CDMA itu bakalan dipindah ke frekuensi 2300 Mhz yang telah berlisensi teknologi netral.
Pihak Smartfren mengaku pihaknya sudah siap pindah kemanapun berdasarkan ketetapan yang dikeluarkan pemerintah. Perpindahan ke frekuensi baru itu diperkirakan bakalan membuat Smartfren harus mengodok kocek dalam-dalam.
“Mau tidak mau kita harus siapkan dana dalam jumlah besar untuk proses migrasi dari 1900 Mhz ke 2300 Mhz memang benar diputuskan. Dananya bisa sampai US$ 300 jutaan atau kurang lebih Rp3 triliun untuk pindah ke frekuensi baru,” kata Merza Fachys, Direktur Jaringan dan Teknologi Smartfren.
Alokasi dana besar itu disebutkan akan digunakan untuk mengganti hampir semua base trancseiver station (BTS) yang dimilikinya. Perbedaan frekuensi membuat perangkat BTS yang sebelumnya dipakai Smarfren tak lagi bisa dipakai saat berpindah ke frekuensi 2300 Mhz dari 1900 Mhz.
“Kita punya sekitar 7.000 BTS sekarang. Nah kalau dipindah, maka yang 6500 di antaranya harus diganti karena memakai spesifikasi yang berbeda dari yang kita pakai sekarang,” tambah Merza seperti dikutip dari laman Liputan6, Kamis (24/7/2014).
Meskipun harus mengganti sebagian besar radio BTS, salah satu petinggi Smartfren itu menjanjikan para pelanggannya tak akan merasakan dampak dari perpindahan frekuensinya kelak. “Pelanggan nggak usah khawatir, kami akan berusaha membuat pelanggan tak merasakan dampak perpindahan itu,” tandasnya.
Sekedar informasi, Smartfren merupakan satu-satunya operator telekomunikasi berbasis CDMA di dunia yang menggunakan frekuensi 1900 Mhz. Smartfren mengaku telah memiliki lebih dari 12 juta pelanggan di akhir kuartal pertama tahun 2014.(met)