Badan Amal Peringatkan ‘Darurat’ Migran di Laut Tengah

TRANSINDONESIA.co | Badan amal Jerman Sea-Eye, Selasa (9/7), mengatakan pihaknya telah menyelamatkan lima kapal migran dalam 24 jam. Ini menunjukkan “keadaan darurat” di Laut Tengah.

Sea-Eye 4 menanggapi panggilan darurat bersama dua kapal amal lainnya antara Minggu dan Senin. Mereka menyelamatkan sekitar 230 orang, termasuk seorang ibu dan bayinya, katanya.

Setelah memindahkan sebagian migran ke kapal penjaga pantai Italia, pada Selasa kapal itu mengangkut sekitar 170 migran lain ke pelabuhan yang ditetapkan di Genoa, Italia utara. Itu, kata mereka, perjalanan pulang pergi selama enam hari.

Sejak berkuasa pada Oktober 2022, koalisi sayap kanan Perdana Menteri Giorgia Meloni berupaya membendung kedatangan kapal migran ke Italia dari Afrika Utara. Mereka menuduh kapal penyelamat menjadi “faktor penarik” meskipun pada kenyataannya sebagian besar migran yang tiba di Italia dijemput oleh penjaga pantai.

Undang-undang Italia mewajibkan LSM berangkat “segera” ke pelabuhan setelah penyelamatan selesai. Ini untuk mencegah mereka melakukan penyelamatan berulang kali. Menurut LSM-LSM, itu melanggar hukum maritim, yang mewajibkan kapal mana pun membantu kapal yang mengalami kesulitan.

Namun kalau tidak mematuhi aturan Italia, LSM berisiko didenda hingga 10.000 euro, dan kapal bisa disita untuk sementara atau permanen.

Banyak kapal amal yang ditahan, terkadang berulang kali, karena melanggar hukum, meskipun penahanan tersebut terkadang dibatalkan pengadilan.

Sea-Eye, Selasa, mengatakan bahwa pihaknya menerima sinyal kapal-kapal migran yang berada dalam bahaya melalui hotline migran Alarm Phone, namun “semua operasi dikoordinasikan dengan pihak berwenang Italia”. [voa]

Share