Atlet Palestina Akan Berjuang di Olimpiade Paris
TRANSINDONESIA.co | Enam bulan sejak perang mematikan melanda Gaza, Komite Olimpiade Palestina berjuang melawan rintangan yang berat untuk memastikan para atletnya ambil bagian dalam Olimpiade Paris musim panas ini. Pejabat Otoritas Palestina, Nader Jayousi, sebagaimana dikutip dari FRANCE 24 mengatakan bahwa delegasi negaranya akan membawa “pesan perdamaian” kepada dunia dan menginspirasi anak-anak Palestina “yang impiannya telah dihancurkan oleh bom”.
Atlet-atlet Palestina telah mengambil bagian dalam setiap Olimpiade Musim Panas sejak mereka pertama kali diterima di Olimpiade Atlanta pada tahun 1996. Setiap partisipasi memiliki makna khusus bagi penduduk Wilayah Palestina dan diaspora Palestina, memberikan tempat bagi orang-orang yang tidak memiliki kewarganegaraan untuk berkompetisi di panggung dunia.
Keikutsertaan di Paris akan menjadi hal yang lebih penting dalam konteks perang yang telah menghancurkan sebagian besar Jalur Gaza dan menewaskan sedikitnya 33.000 orang, menurut pejabat kesehatan di daerah kantong yang dikuasai Hamas, termasuk beberapa atlet yang ikut serta dalam acara yang akan dihelat musim panas ini.
“Di antara para atlet, pelatih, dan staf klub, dunia olahraga Palestina telah kehilangan sedikitnya 170 orang,” kata Jayousi, berbicara dari markas besar Komite Olimpiade Palestina di dekat Yerusalem. Korbannya termasuk pelatih tim sepak bola Olimpiade Hani Al-Masdar dan bintang bola voli Ibrahim Qusaya, keduanya tewas akibat bom Israel di Gaza.
“Tragedi ini juga ditambah dengan kerusakan infrastruktur: stadion Yarmouk, kantor Komite Olimpiade di Gaza, dan beberapa stadion lainnya,” tambahnya. “Jika perang berakhir hari ini, setidaknya 70% penduduk Gaza akan kehilangan tempat tinggal, apalagi berolahraga.”
Jayousi mengatakan perang telah memaksa komite Palestina untuk mengurangi ambisinya, dan secara tiba-tiba mengakhiri program perintis yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah atlet yang lolos ke Olimpiade. Meskipun mengalami kemunduran besar, harapan Palestina mendapat dorongan besar bulan lalu ketika Omar Ismail mengamankan tiket pertama untuk Olimpiade taekwondo putra – suatu prestasi yang diharapkan akan disamai oleh atlet lain dalam beberapa minggu mendatang.
Delegasi Palestina menurunkan rekor lima atlet pada Olimpiade terakhir di Tokyo. Jayousi mengatakan tujuannya adalah untuk “mencapai angka tersebut”. Dia tetap yakin bahwa wild card (kesempatan atau izin yang diberikan kepada atlet non-reguler sehingga ia bisa tampil pada ajang tertentu, red.) akan membantu negaranya menghadirkan delegasi terbesarnya dalam sejarah Olimpiade. [rri/afp]