Raja Abdullah Peringatkan ‘Dampak Bencana’ Perang Israel-Hamas

TRANSINDONESIA.co | Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada hari Minggu (7/1) mengunjungi Yordania, di mana istana kerajaan mengatakan Raja Abdullah II “memperingatkan dampak bencana” dari perang Israel melawan Hamas di Gaza. Dia juga menyerukan agar AS mengupayakan gencatan senjata segera.

Yordania adalah persinggahan terbaru dalam lawatan Blinken di Timur Tengah, di mana diplomat utama AS itu berupaya mengekang perluasan kekerasan ke negara-negara lain di luar konflik Israel-Hamas.

Yordania dan negara-negara Arab lainnya telah menuntut gencatan senjata segera sejak konflik meletus pada bulan Oktober, namun Israel, dengan dukungan AS, menolak seruan untuk mengakhiri pertempuran dan berjanji akan melanjutkan perjuangan untuk menghapus kendali Hamas atas wilayah Gaza.

Blinken juga mengunjungi gudang Program Pangan Dunia (WFP) tempat truk-truk memuat bantuan untuk warga Palestina yang kelaparan di Gaza.

“Upaya di sini untuk mengumpulkan dan mendistribusikan makanan kepada orang-orang yang membutuhkan sangatlah penting. Amerika Serikat telah berupaya sejak hari pertama untuk membuka jalur akses ke Gaza,” kata Blinken.

“Kami terus mengupayakannya setiap hari, tidak hanya untuk membukanya tetapi juga memperbanyaknya, memaksimalkannya dan mencoba mendapatkan lebih banyak bantuan, dengan lebih efektif,” tambah Blinken.

Turki siap menggunakan pengaruhnya dengan negara-negara penting di Timur Tengah untuk mengurangi dan mencegah penyebaran konflik Gaza, imbuh Blinken kepada wartawan Sabtu malam, setelah ia mengadakan pembicaraan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, seorang kritikus keras tindakan militer Israel di Gaza.

Blinken mengadakan pertemuan pada hari sebelumnya dengan Erdogan di Istanbul, dan kemudian di Kreta dengan Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis. Dia memulai tur diplomasi Timur Tengah minggu ini, dengan upaya mengendalikan situasi di Gaza dan meredakan perselisihan regional.

Bantuan kemanusiaan

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, atau OCHA, telah memperingatkan bahwa Gaza sedang mengalami bencana kesehatan masyarakat dan perpindahan massal baru-baru ini di wilayah selatan Gaza memicu wabah penyakit.

Sekitar 400.000 kasus penyakit menular telah dilaporkan sejak 7 Oktober, dengan sekitar 180.000 orang menderita infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Lebih dari 136.000 kasus diare telah dilaporkan, setengahnya terjadi pada anak-anak balita, menurut OCHA.

Pembebasan sandera

Sementara itu, upaya diplomatik yang intens untuk membebaskan sandera yang tersisa di Gaza dari militan Hamas terus berlanjut. Diyakini ada 129 orang yang masih ditahan oleh Hamas dan militan lainnya di Gaza.

Pekan lalu, Mesir mengusulkan rencana untuk mengakhiri konflik militer yang melibatkan gencatan senjata, pembebasan sandera secara bertahap, dan pembentukan pemerintahan oleh para ahli Palestina untuk mengelola Jalur Gaza dan Tepi Barat.

Rincian rencana tersebut dilaporkan telah dikerjakan bersama Qatar dan disampaikan kepada pemerintah Israel, Hamas, Amerika Serikat, dan Eropa. Namun kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, Selasa lalu menyatakan bahwa para sandera akan dibebaskan hanya dengan syarat-syarat yang ditetapkan oleh Hamas. [voa]

Share