BPS Catat Sektor Perikanan Picu Inflasi Sejumlah Daerah

TRANSINDONESIA.co | Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ikan segar menjadi salah satu komoditas dengan andil inflasi tertinggi di beberapa wilayah Pulau Sulawesi dan Bali, Nusa Tenggara. Hal ini sebagai dampak dari perubahan iklim  menyebabkan gelombang pasang, sehingga membuat nelayan enggan melaut.

“Karena ternyata, perubahan iklim menyebabkan gelombang pasang di beberapa daerah. Ini menyebabkan nelayan agak enggan melaut,” kata Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah di Jakarta, Senin (14/8/2023).

Amalia merinci, inflasi tertinggi di kawasan Sulawesi terjadi di Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah mencapai 0,73 persen. Ada pun andil inflasi untuk komoditas ikan segar mencapai 0,33 persen.

Sedangkan inflasi tertinggi di Bali, Nusa Tenggara terjadi di Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur menyentuh 0,65 persen. Andil inflasi untuk komoditas ikan segar hingga 0,47 persen.

“Yang kemudian menyebabkan harga ikan segar tinggi di beberapa wilayah, terutama di Bali Nusra, Sulawesi. Menjadii penyebab inflasi tertinggi di kedua wilayah tersebut adalah ikan segar,” ucapnya.

Penyebab lainnya ikan segar memiliki andil inflasi tinggi di beberapa wilayah tersebut lantaran meningkatnya permintaan di Bali pada masa kiburan lalu. Utamanya dari restoran-restoran yang ada.

“Hanya saja ketersediaan ikan segarnya sendiri terbatas. Sampai akhirnya harga ikan segar pun ikut meningkat,” ucapnya. [rri]

Share