Sengketa Ladang Gas Teluk Persia Menjadi Tantangan bagi Pemulihan Hubungan Saudi-Iran

TRANSINDONESIA.co | Sengketa yang meningkat atas ladang gas di Teluk Persia menimbulkan tantangan awal terhadap perjanjian yang ditengahi China untuk mendamaikan dua pesaing regional, Arab Saudi dan Iran.

Arab Saudi dan tetangganya Kuwait bersama-sama mengklaim ladang gas lepas pantai Al-Durra. Iran mengatakan memiliki hak atas ladang itu, yang mereka sebut sebagai Arash. Kedua belah pihak mengadakan pembicaraan di Iran pada bulan Maret lalu terkait hal tersebut tetapi tidak dapat menyepakati demarkasi perbatasan.

Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani, mengatakan negara itu tidak akan menoleransi pelanggaran apa pun atas hak-haknya. Dia menggemakan pernyataan menteri perminyakan negara itu sehari sebelumnya.

“Kami telah menyatakan kesiapan kami untuk terlibat dalam dialog dengan pihak Kuwait,” kata Kanaani kepada wartawan pada Senin (31/7). “Tetapi jika tidak ada minat untuk bersama-sama memanfaatkan ladang ini, Republik Islam Iran tentu saja telah menempatkan eksplorasi dan pemanfaatan sumber daya dalam agendanya.”

Menteri Perminyakan Kuwait mengatakan kepada Sky News Arabia pekan lalu bahwa negaranya akan memulai pengeboran dan produksi tanpa menunggu kesepakatan.

Arab Saudi dan Iran, yang telah mendukung pihak yang berseberangan dalam konflik di Timur Tengah dan saling menuduh pihak lain membuat kawasan tidak stabil, secara resmi memulihkan hubungan diplomatik pada bulan April menyusul pembekuan selama tujuh tahun. Kedua negara telah membuka kembali kedutaan dan menyambut pejabat senior dalam kunjungan mereka. [voa]

Share