ICK Apresiasi Gebrakan Kapolri Tidak Tumpul ke Atas

TRANSINDONESIA.co | Indonesia Cinta Kamtibmas (ICK) menilai gebrakan Kepala Kepolisian RI Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo “tajam ke atas dan tajam ke bawah” menindak hingga memecat anggota Polisi yang tidak menjalankan fungsi fungsi Polri sebagai pelindung, pengayom, dan pelayanan masyarakat,serta melakukan tindak pidana yang mencoreng nama Polri di mata rakyat Indonesia. Polri harus makin maju menegakkan Kamtibnas. Jangan pelihara arogansi, tingkatkan sikap tegas, humanis.

ICK menilai instruksi Kapolri jangan dianggap lifeservice saja. Lebih dari itu agar aparat penegak hukum berseragam coklat tersebut semakin profesional dan bagus dalam kinerja melayani, mengayomi, dan melindungi masyarakat.

“Jenderal Listyo Sigit Prabowo juga melakukan gebrakan yang kami nilai sangat berani melakukan tindakan tajam ke atas dan tajam ke bawah terhadap anggota Polisi yang tidak becus bekerja terutama yang terbukti terlibat kejahatan jangan segan pecat hingga sangsi pidana” kata Ketua Presidium ICK, Gardi Gazarin, SH, dalam siaran persnya, Ahad (31/10/2021).

Dikatakan Gardi Gazarin, instruksi Kapolri menindak tegas jajaran Polri “tajam ke atas dan tajam ke bawah” merupakan hal baru dalam sejarah Kepolisian RI. Tindakan tegas Kapolri tanpa melihat pangkat dan jabatan ini merupakan harapan rasa adil masyarakat. “Siapapun yang salah, baik anggota polri berpangkat perwira sampai level paling bawah, terbukti salah harus ditindak tegas sesuai perbuatan yang di atur undang undang maupun etika profesi yang berlaku secara hukum. Karena selama ini kita banyak melihat tindakan “tumpul ke atas tapi tajam ke bawah’. Dengan demikian, Ini dapat memenuhi rasa keadilan masyarakat,” kata Gardi.

Lebih lanjut Ketua ICK menyatakan, harapan Kapolri agar Polisi semakin dicintai rakyat seperti yang disampaikan orang nomor satu di Korps Bhayangkara itu, “Ke depan saya inginkan polisi dicintai, karena kita melindungi dan mengayomi masyarakat. Karena itu Polri hadir di tengah-tengah masyarakat itu yang ingin kita ciptakan,” ucap Kapolri saat meresmikan revitalisasi Museum Polri di Mabes Polri, pada Selasa (26/10/2021).

“Harapan Kapolri ini harus pula disahuti seluruh jajaran Kepolisian hingga yang bertugas di pelosok-pelosok negeri dengan menunjukkan kinerja yang baik dalam melayani, mengayomi dan melindungi masyarakat, sehingga Polisi semakin dicintai rakyat,” ucap Gardi Gazarin.

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo saat menghadiri acara penutupan pendidikan Sespimti Polri Dikreg ke-30, Sespimen Polri Dikreg ke-61 dan Sespimma Polri Angkatan ke-66, di Lembang, Jawa Barat, Rabu (27/10/2021), bersama Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri meminta seluruh perwira lulusan tersebut untuk bisa menjadi pemimpin yang mengayomi dan melayani bagi warga dan anggotanya.

“Jadilah pemimpin yang melayani. Pemimpin yang bisa melayani dan menempatkan anggota dan masyarakat sebagai prioritas. Jangan hanya memerintah tapi tidak tahu kesulitan. Ini menjadi masalah,” kata Sigit.

Menjadi seorang pemimpin, kata Sigit, harus memiliki sifat dan sikap yang kuat, menguasai lapangan, bergerak cepat, responsif, peka terhadap perubahan dan berani keluar dari zona nyaman.

Tak hanya itu, mantan Kapolda Banten ini menegaskan, seorang pemimpin harus mau turun ke bawah untuk mendengarkan secara langsung aspirasi dari masyarakat dan anggotanya. Pemimpin yang kuat akan mampu menciptakan rasa saling menghormati antara pimpinan dan jajarannya.

Sigit menekankan, dalam menjalankan tugas, pemimpin tidak boleh mudah terpancing emosinya. Hal itu, sambung Sigit, dapat berpengaruh pada tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat.

“Turun langsung ke lapangan agar tahu apa yang dirasakan masyarakat dan anak buah. Jaga emosi, jangan terpancing. Emosi mudah meledak akan akibatkan perbuatan yang tidak terukur. Apalagi diberikan kewenangan oleh undang undang maka tindakan tidak tersebut akan berpotensi menjadi masalah,” ujar eks Kabareskrim Polri ini.

Menurut Sigit, pemimpin harus mampu menjadi teladan bagi semua pihak. Sebagaimana, semangat dari lahirnya konsep Presisi (Prediktif, Responsibilitas, dan Transparansi Berkeadilan).

Sigit menyatakan, konsep Presisi akan bisa dirasakan oleh masyarakat dan internal kepolisian, apabila benar-benar diimplementasikan dengan baik. Dengan melaksanakan gagasan itu, maka Polri akan menjadi institusi yang semakin diharapkan oleh masyarakat Indonesia.

“Itu yang saya tuangkan dalam konsep Presisi. Bagaimana kita menghadirkan pemolisian yang prediktif, responsibilitas dan mampu melaksanakan semua secara transparan dan memenuhi rasa keadilan. Ini menjadi harapan masyarakat dan tugas rekan-rekan untuk mampu mewujudkan semua ini dari level pemimpin sampai dengan pelaksana,” kata Sigit.

Dalam perjalanannya, konsep Presisi telah melahirkan tingkat kepercayaan masyarakat yang meningkat berdasarkan survei di pertengahan tahun. Namun, Sigit mengakui, belakangan ini tren positif kepercayaan itu mengalami penurunan karena adanya beberapa perbuatan oknum.

Namun, Sigit percaya bahwa, institusi Polri jauh lebih banyak diisi oleh orang-orang yang baik dan memiliki semangat perubahan untuk mewujudkan semangat dari Presisi.

“Kemudian survei di awal Oktober kita turun, karena adanya penyimpangan anggota yang viral dengan cepat dengan didukung   perkembangan teknologi informasi dalam dunia media. Ketika banyak anggota yg viral, maka itu menjadi koreksi bagi kita  masyarakat. Maka dari itu, perbuatan yang dilakukan oleh personel bila bersifat positif maka dampaknya secara organisasi akan positif. Begitupun sebaliknya. Jadi persepsi itu muncul menjadi generalisasi. Masih sangat banyak polisi yang baik dibanding oknum sehingga manfaatkan perkembangan teknologi untuk memunculkan terobosan kreatif dan positif yang ada.” ujar Sigit.

Sigit memastikan, dirinya beserta pejabat utama Mabes Polri memiliki komitmen untuk memberikan reward bagi personel yang menjalankan tugasnya dengan baik dan bekerja keras untuk melayani serta mengayomi masyarakat.

“Saya dan seluruh pejabat utama memiliki komitmen kepada anggota yang sudah bekerja keras di lapangan, kerja bagus, capek, meninggalkan anak-istri. Akan selalu komitmen berikan reward, kalau saya lupa tolong diingatkan.” ucap Sigit.

Namun sebaliknya, Sigit menegaskan, sanksi tegas akan diberikan kepada seluruh personel yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik, atau melanggar aturan yang ada.

Bahkan, Sigit tak ragu untuk menindak tegas pimpinannya apabila tidak mampu menjadi tauladan bagi jajarannya, apabila kedepannya masih melanggar aturan. Menurut Sigit, semua itu dilakukan untuk kebaikan Korps Bhayangkara kedepannya.

“Namun terhadap anggota yang melakukan kesalahan dan berdampak kepada organisasi maka jangan ragu melakukan tindakan. Kalau tak mampu membersihkan ekor maka kepalanya akan saya potong. Ini semua untuk kebaikan organisasi yang susah payah berjuang. Menjadi teladan, pelayan dan pahami setiap masalah dan suara masyarakat agar kita bisa ambil kebijakan yang sesuai,” tutur Sigit.

Sementara itu, Sigit juga meminta kepada seluruh personel Polri untuk siap menghadapi segala bentuk tantangan baik dari dalam ataupun luar negeri. Kepolisian harus mampu menciptakan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat.

Adapun tantangan yang harus dipersiapkan antara lain, kejahatan terorisme, kemajuan teknologi informasi di Revolusi 4.0, Pandemi Covid-19, pinjaman online ilegal, bencana alam, dan Pemilu ke depannya.[rls]

Share