Bersahabat Sejak Belia, Kiai Ahmad Dahlan dan Kiai Hasyim Asy’ari Suka Saling Memuji

TRANSINDONESIA.CO | Muhammadiyah dan NU (Nahdlatul Ulama) adalah karunia terbesar umat muslim di Indonesia. Tanpa mengecilkan peran organisasi Islam lain di Indonesia, keberadaan Muhammadiyah dan NU ibarat dua tangan yang saling melengkapi.

Muhammadiyah dan NU pun seringkali lebih nampak berbagi tugas dan peran daripada bersaing. Karenanya, berbagai sisi perbedaan itu tampak tidak sepantasnya dipertentangkan dengan unsur meninggikan atau meremehkan satu pihak lainnya.

Dalam sejarahnya, warisan pertentangan antara Muhammadiyah dan NU dikembangkan oleh masing-masing pihak yang terlampau serius dalam memaknai perbedaan fikih dan kalam. Padahal, sejarah hubungan Muhammadiyah dan NU adalah hubungan persaudaraan yang erat sebagaimana digambarkan dua pendirinya: Kiai Ahmad Dahlan dan Kiai Hasyim Asy’ari.

Kemesraan Dua Bapak Umat

Merujuk pada buku karya Imron Mustofa berjudul K.H Ahmad Dahlan Sang Penyantun (2018), dua bapak umat Islam di Indonesia ini bersahabat sejak sama-sama berguru kepada Kiai Saleh Darat asal Semarang. Imron menulis, saat itu Kiai Dahlan berumur 16 tahun sedangkan Kiai Hasyim berumur 14 tahun.

Share
Leave a comment