Kongres AS Serukan Pemerintah Balas Peretasan Siber Rusia

TRANSINDONESIA.CO – Para anggota Kongres dan sektor swasta AS menyerukan agar pemerintah bertindak dan memberi peringatan bahwa semua petunjuk mengenai peretasan internet mengarah ke Rusia sebagai pelakunya. Hal itu dilakukan setelah para anggota Kongres diberi briefing tentang peretasan terhadap internet besar-besaran yang telah berdampak pada badan-badan pemerintah,

Teguran baik dari anggota Republik maupun Demokrat, menyusul peringatan dari pejabat keamanan siber Amerika bahwa lingkup peretasan ini berpotensi jauh lebih besar dibandingkan dugaan semula, dan meliputi berbagai platform perangkat lunak dan sudah berlangsung sejak Maret tahun ini.

“Lingkup sepenuhnya dari peretasan siber ini masih belum diketahui, tetapi kami sudah tahu bahwa skala dan lingkupnya belum pernah seperti ini,” demikian kata ketua Komite Intelijen Senat Marco Rubio dalam cuitannya Jumat (18/12).

“Metode yang digunakan untuk menyelenggarakan peretasan siber ini konsisten dengan operasi siber Rusia,” demikian ditambahkan Rubio. Dia memperingatkan kalau pejabat sudah berhasil menetapkan pelaku intrusi ini maka “Amerika harus membalas, dan tidak sekedar dengan sanksi.”

Demokrat senior di Komite Intelijen Senat juga mengungkapkan kekhawatirannya sehubungan peretasan ini, dan katanya, penerobosan ini sangat merugikan.

“Insiden dalam skala sebesar ini dan dampaknya yang langgeng membutuhkan tanggapan tegas dan publik oleh pemerintah Amerika,” kata Senator Mark Warner dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan pada Jumat (18/12). “Sangat merisaukan bahwa presiden tampaknya tidak mengatakan apa-apa, apalagi bertindak, mengingat gentingnya situasi ini.”

Petunjuk adanya intrusi siber pertama diketahui publik awal bulan ini ketika FireEye, sebuah perusahaan keamanan siber swasta mengumumkan sistem-sistemnya telah dimasuki dan informasi yang peka dicuri.

Peretasan ini kemudian dilacak ke perangkat lunak manajemen jaringan dari Solar Winds, sebuah perusahaan di Texas, yang dimanfaatkan oleh para peretas untuk masuk ke jaringan dari paling sedikit 18 ribu pengguna.

Dalam sebuah peringatan yang diterbitkan pada Jumat, satuan keamanan siber di Departemen Keamanan Dalam Negeri memperingatkan, peretas telah memanfaatkan perangkat lunak SolarWinds sejak paling tidak Maret lalu. [jm/pp]

Sumber: Voaindonesia

Share