PBB: Pembunuhan Massal di Kolombia Meningkat pada 2020
TRANSINDONESIA.CO – Kolombia telah mencatat sedikitnya 42 peristiwa pembunuhan massal sejak awal 2020, angka tertinggi sejak pemerintah negara itu menandatangani kesepakatan perdamaian dengan kelompok gerilyawan FARC pada 2016, kata sebuah laporan yang dirilis PBB, Kamis (1/10).
PBB, yang bertanggung jawab memverifikasi pemberlakuan kesepakatan tersebut, mengatakan Sekjen Antonio Guterres merasa prihatin dengan meningkatnya pembunuhan massal di berbagai wilayah di negara Amerika Selatan itu pada beberapa bulan terakhir.
PBB mendefinisikan pembunuhan massal sebagai pembunuhan terhadap tiga orang atau lebih pada suatu waktu. PBB mengatakan, 13 insiden pembunuhan massal lainnya saat ini masih sedang diverifikasi.
Misi Perdamaian PBB di Kolombia mencatat adanya 36 pembunuhan massal pada 2019, 29 pada 2018 dan 11 pada 2017.
“Kejahatan ini terutama terjadi di kawasan-kawasan miskin yang nyaris tidak terjangkau pemerintah, di mana bentrokan sering terjadi antara kelompok-kelompok bersenjata dan organisasi-organisasi kriminal, “ kata laporan itu.
Menurut pemerintah Kolombia, peningkatan kekerasan di negara itu terjadi karena aksi-aksi kelompok-kelompok bersenjata yang mendanai kegiatan mereka melalui penyelundupan narkoba.
PBB juga mencatat masih berlanjutnya kekerasan terhadap mantan anggota kelompok FARC. Sekitar 50 orang anggota kelompok itu tewas sejak awal 2020. Jika hitung dari hari penandatanganan kesepakatan, 224 anggota FAR telah tewas sementara 20 lainnya menghilang.
PBB juga mencatat adanya peningkatan kekerasan terhadap para aktivis HAM dan pemimpin masyarakat madani. Empat puluh delapan di antara mereka dibunuh tahun ini, termasuk sembilan orang dari kelompok-kelompok minoritas etnik dan lima perempuan. [ab/uh]
Sumber : Voaindonesia