Kerja Ala si Lumba Lumba?
TRANSINDONESIA.CO – Masih ingat lagu anak-anak yang diyanyikan Bondan Prakosa berjudul “si Lumba Lumba”?
Potongan lagunya demikian, “……Lumba-Lumba ikan yang pintar, Bisa meniru kayak manusia, Selalu patuh kalau disuruh, Tetapi harus makan dulu, Bermain bola makan dulu, Bermain api makan dulu, Menghitung angka makan dulu, Mau apa saja minta makan dulu……….”
Apapun selalu didahului makan dulu…..
Melakukan pekerjaan apalagi perubahan tatkala dilakukan seperti si Lumba Lumba selalu makan dulu, maka akan meminta bagian wani piro oleh piro.
Tak jarang apa yang dilakukan justru mecelakakan atau memperburuk situasi atau bahkan kerja yang tidak profesional karena didahului minta bagian.
Mafia-mafia birokrasi memberdayakan segala potensi untuk menjadikan birokrasi ala si Lumba Lumba. Semua bisa dikerjakan tapi makan dulu. Parahnya lagi, yang dimakan terlalu besar dari apa yang akan dikerjakan sehingga kualitas, kuantitasnya menjadi melemah atau menurun.
Standar yang dikerjakan jadi tidak sesuai “Zaman Now” dengan langsung mangkrak. Proyek-proyek rayahan ini memang menjadi idaman dan harapan para mafia beserta agen-agennya. Apa yang dibuatnya serba tertutup rahasia bahka diatur sebelm direncanakan.
Permufakatan-pemufakatan jahat sudah dilakukan pada tahap perencanaan. Sistem administrasi yang rumit berbelit-belit kurang inilah, itulah, untuk membuat dominasi dan dominanya sarang-sarang sumber daya menjadi strickly prohibited.
Apa yang dikerjakan ibarat buku tanpa daftar isi dan tanpa halaman. Itupun disusun morat-marit tidak karu-karuan sehingga pekerjaan tak pakai otakpun menjadi rumit dan sulit. Kerja tidak sistematis ini sepertinya memang dibuat agar setiap dapat makanan tidak ketahuan.
Alasan inilah, itulah, kurang titik koma pun bisa menjadi penghambat kalau tidak memberi makan dulu. Sistem kerja ala si Lumba Lumba memang enak dan nyaman selalu kebagian, namun itu sebenarnya bom waktu tinggal nunggu kapan diledakkan.
Kerja memang semestinya ada modelnya. Model ini dapat menjadi frame worknya dapat menjadi petunjuk atau pedoman bahkan untuk kerja dengan pentahapan maupun masa depan dapat dilakukan perencanaannya.
Tatkala model tidak ada maka lagi-lagi kerja ala si Lumba Lumba akan terus terjadi bahkan menjadi lestari diikuti setiap generasi.[CDL]