Wacana Daftar Haji Sejak Lahir, Lia Istifhama: Pastikan Keadilan Bagi Jamaah Haji Muda dan Lansia
TRANSINDONESIA.co | Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Lia Istifhama, menyambut positif wacana mengenai pendaftaran haji yang memungkinkan bayi yang baru lahir untuk terdaftar sebagai calon jamaah haji. Hal itu karena saat ini Pemerintah membatasi pendaftaran usia haji minimal 12 tahun.
Wacana ini muncul untuk mengatasi masalah keterbatasan kuota dan waktu tunggu yang panjang bagi jamaah haji hingga 35 tahun lebih, terutama bagi mereka yang sudah berusia lanjut. Hal ini juga bertujuan untuk memastikan pemerataan kesempatan bagi calon jamaah haji, baik yang masih muda maupun yang lebih tua.
Selama ini, pendaftaran haji di Indonesia cenderung mengutamakan jamaah haji yang sudah lebih tua karena keterbatasan kuota dan meningkatnya permintaan. Akibatnya, banyak calon jamaah haji yang harus menunggu bertahun-tahun, bahkan hingga mencapai usia lanjut, untuk bisa berangkat ke Tanah Suci.
Namun, dengan wacana pendaftaran haji sejak bayi lahir, diharapkan para calon jamaah yang baru lahir sudah dapat terdaftar dalam sistem, sehingga mereka tidak perlu menunggu terlalu lama ketika waktunya untuk berangkat tiba. “Wacana ini menjadi salah satu solusi untuk mengurangi waktu tunggu yang sangat lama bagi calon jamaah haji di Indonesia. Tentunya, melahirkan haji-haji muda yang bersemangat saat beribadah,” kata Ning Lia sapaan Lia Istifhama saat kunjungan kerja ke Kementerian Agama (Kemenag) Jawa Timur, Rabu (19/3/2025).
Menurut perempuan yang terkenal dengan tagline Cantik tersebut, pendaftaran haji sejak lahir dapat menjadi solusi yang baik untuk mengatasi masalah waktu tunggu yang panjang dan ketimpangan kesempatan antara jamaah muda dan lansia. “Kami berharap langkah ini dapat segera diimplementasikan dan memberi kemudahan bagi umat Islam yang ingin melaksanakan ibadah haji,” kata Ning Lia.
Selain itu, Ning Lia menjelaskan pemerataan kesempatan untuk berangkat haji sangat penting, baik bagi jamaah muda maupun lansia. “Kami ingin memastikan bahwa pemberangkatan haji ini adil, dengan memperhatikan faktor usia dan masa tunggu. Selama ini, banyak jamaah yang sudah berusia lanjut namun baru berangkat, sementara mereka yang lebih muda masih harus menunggu lama,” ujar Ning Lia.
Dengan mengusulkan pendaftaran haji sejak bayi lahir, Ning Lia berharap bisa ada peluang yang lebih adil bagi seluruh kalangan usia untuk menjalankan ibadah haji. “Mungkin banyak yang beranggapan jamaah haji yang lebih muda belum membutuhkan waktu panjang untuk menunggu, tetapi faktanya, mereka juga harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya, terutama dalam hal istitoah (kesehatan dan kemampuan finansial),” tambahnya.
Ning Lia meminta perhatian terhadap pembagian kuota haji. Salah satu yang ditekankan adalah pentingnya sistem yang lebih adil, terutama bagi para lansia. Walaupun usia lansia sering dianggap sebagai prioritas, bukan berarti jamaah yang lebih muda tidak memiliki kesempatan yang setara. “Kami sepakat kuota haji harus dibagi dengan adil, memperhatikan usia dan masa tunggu.
Kepala Kantor Wilayah, Akhmad Sruhi Bahtiar menekankan penerapan sistem klasterisasi sangat penting untuk mempercepat proses verifikasi dan memastikan tidak ada jamaah yang tertinggal atau terabaikan. “Sistem klasterisasi ini diharapkan bisa mengatasi penundaan dan mempermudah proses verifikasi calon jamaah haji. Selama ini, pemberangkatan dihitung dari usia yang tertua dengan presentasi lima persen. Para jamaah haji tua yang tidak masuk presentasi tersebut harus menanti masa tunggu lagi. Ini yang harus diperbaiki lagi,” jelas Sruhi.
Terkait pengelolaan kuota haji, Ning Lia mengingatkan Kemenag untuk penambahan kuota agar dapat menampung lebih banyak calon jamaah haji setiap tahunnya. “Kami berharap Kemenag dan Pemerintah dapat terus berupaya untuk menambah kuota haji guna memenuhi permintaan yang terus meningkat. Mengingat jumlah pendaftar yang jauh lebih banyak dibandingkan kuota yang tersedia, penambahan kuota sangat penting untuk memenuhi kebutuhan umat,” ujar Ning Lia.
Selain itu, Ning Lia juga berharap agar fasilitas yang ada, seperti asrama haji, sarana transportasi, dan tempat ibadah terus ditingkatkan untuk mendukung kenyamanan dan kelancaran ibadah jamaah haji. “Pengelolaan yang baik diharapkan bisa mengurangi masalah teknis yang sering muncul, seperti keluhan mengenai kenyamanan selama perjalanan maupun di asrama haji,” tegas Ning Lia. [nag]