Syaban Bulan Penuh Keberkahan yang Justru Banyak Dilalaikan, Mengapa?

TRANSINDONESIA.co | Bulan Rajab telah berlalu. Kini, kita telah menginjak bulan kedelapan Hijriyah, yaitu Syaban. Persis satu bulan sebelum bulan mulia, Ramadhan.

Namun, lebih dari sekadar transisi waktu, penetapan kalender ini mengandung rekam jejak sejarah yang fundamental dan tak bisa diabaikan.

Dalam tradisi penamaan bulan dalam kalender Hijriyah, setiap nama memiliki latar historis dan makna tertentu, tak terkecuali Syaban. Ibnu Hajar al-Asqalani, dalam karyanya Fath al-Bari, menguraikan alasan mendasar di balik penamaan bulan ini:

وَسُمِّيَ شَعْبَانَ لِتَشَعُّبِهِمْ فِي طَلَبِ الْمِيَاهِ أَوْ فِي الْغَارَاتِ بَعْدَ أَنْ يَخْرُجَ شَهْرُ رَجَبٍ الْحَرَامِ

“Dinamai Syaban karena suku-suku Arab terpecah belah karena berebut mencari air atau harta yang dapat dirampas setelah keluar dari Rajab yang di dalamnya haram berkonflik.”

Namun, setelah Rasulullah SAW menyebarkan dakwahnya, beliau mengubah paradigma tentang Syaban dari bulan yang diwarnai perpecahan menjadi fase transformatif yang dipenuhi limpahan rahmat.

Sejak itu, Syaban menempati posisi strategis sebagai salah satu bulan istimewa dalam Islam. Berikut ini tiga fakta tentang Syaban yang menunjukkan bulan ini sangat istimewa:

1. Syaban, bulan puasa yang tak boleh dipandang sebelah mata

Jika ada bulan yang secara khusus mendapat perhatian Rasulullah ﷺ dalam hal puasa, maka itu adalah Syaban. Ini bukan sekadar sunnah yang dianjurkan, melainkan strategi ibadah yang mencerminkan urgensi bulan ini. Aisyah RA meriwayatkan:

عَائِشَة تَقُولُ : كَانَ أَحَبَّ الشُّهُورِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَصُومَهُ شَعْبَانُ، ثُمَّ يَصِلُهُ بِرَمَضَانَ

Aisyah berkata, “Bulan Syaban adalah bulan yang paling dicintai oleh Rasulullah ﷺ untuk berpuasa, bahkan beliau menyambungnya dengan Ramadhan.”

2. Syaban, bulan dimana amal ditentukan dan kebanyakan orang terlena

Bulan Syaban sering kali terabaikan, terjebak di antara dua bulan yang lebih sering mendapatkan sorotan yaitu Rajab dan Ramadhan.

Trans Global

Namun, kehadirannya seharusnya bukan sekadar penghubung, melainkan juga momen penting dalam kehidupan spiritual setiap Muslim.

Rasulullah ﷺ dalam hadits yang diriwayatkan oleh Usamah bin Zaid, menegaskan betapa istimewanya bulan ini, khususnya bagi mereka yang memahami maknanya.

أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

Usamah bin Zaid, dia berkata, Aku pernah bertanya, “Wahai Rasulullah ﷺ, aku tidak pernah melihat engkau berpuasa (sunah) dalam sebulan sebanyak engkau berpuasa di bulan Sya’ban?” Beliau pun menjawab, “Itulah bulan dimana orang-orang melalaikannya, yaitu bulan yang berada di antara Rajab dan Ramadan. Pada bulan tersebut amal perbuatan akan diangkat kepada Tuhan semesta alam, maka aku sangat senang bilamana amalanku diangkat ketika aku sedang berpuasa.” (HR Al-Nasai dan Ahmad)

Imam al-Sindi, dalam Hasyiyah-nya, memberikan penjelasan yang tajam tentang bagaimana amal perbuatan diangkat pada bulan ini. Menurutnya boleh jadi setiap hari amal kita diangkat, akan tetapi khusus untuk amal setahun penuh itu diangkat pada bulan Sya’ban.

3. Syaban, bulan yang menentukan kualitas Ramadhan

Bulan Syaban, yang sering kali terabaikan dalam kesibukan umat, menyimpan dimensi spiritual yang sangat dalam dan penuh makna.

Al-Hafidz Ibnu Rajab, dalam karya monumental Lathaiful Ma’arif, menggambarkan bulan Syaban sebagai bulan transisi yang mempersiapkan diri umat untuk menyambut Ramadhan dengan lebih matang (Ibn Rajab, Lathaiful Ma’arif, hlm. 135)

Di bulan ini, segala amalan yang kelak akan diperbanyak di bulan Ramadhan dianjurkan untuk sudah mulai dipraktikkan. Syaban, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Rajab, bukan sekadar bulan biasa, melainkan seperti “penyiraman” yang menyiapkan kita untuk “panen” amal di bulan Ramadhan.

(Lathaiful Ma’arif, halaman 121)

Sebagai “kunci pembuka” keberkahan Ramadan, bulan ini menjadi momentum untuk mempersiapkan hati dan jiwa, memperbarui komitmen ibadah, dan menggapai keberkahan yang maksimal.

 

Sumber: mui.or.id

Share