TRANSINDONESI.co | Oleh: Naek Pangaribuan (Wartawan Senior)
Setiap jelang Imlek, awak melintas di salah satu di kawasan Jakarta Selatan, selalu saja ada ornamen-ornamen Imlek dengan warna khas merah dan kuning, Tak hanya saat Imlek saja, namun hari raya keagamaan lainya Idul Fitri dan Natal selalu saja pengelola kawasan tersenut bersolek. Awakpun, sempat menghentikan kendaraan untuk memfoto “Ular Kayu” sebagai shio Tahun imlek Imlek 2576 yang dirayakan 29 Januari 2025. Awakpun, langsung teringat tentang sejarah Imlek di negeri ini.
Muasal sekitar tahun 2.000 seorang Paranormal Suhu Acai, bersama teman-teman lainnya kumpul-kumpul. Awakpun, salah satu yang dipercaya untuk membantu mengurus agar Imlek yang saat itu belum menjadi tanggal merah atau hari besar nasional.
“Bantu saya ya bang, Saya percaya kepada abang, abang pasti bisa bantu saya,” ujar Paranormal eksentrik ini kepada awak mengenang ucapannya sekitar tahun 2.000-an.
Awakpun bingung sampai saat ini, mengapa “Si Raja Pelet” itu percaya ke awak. Suhu bercerita kalaulah dia baru “Turun Gunung”, dapat wangsit Imlek dijadikan tangal merah.
Saat itu, awakpun mempersiapkan segala sesuatunya, awak saat itu belum paham betul soal apa itu Imlek, namun hanya pernah mengikuti perayaan datang ke rumah teman-teman yang merayakan Imlek. Awak dapat “Ang Pao” dan Kue keranjang dari sahabat awak SMA kala itu.
Setelah awak pelajari bahwa Imlek itu bukanlah Hari Raya keagamaan, namun hari Raya Budaya di Tiongkok, masa Dinasti Han (206 SM – 220 M) merupakan rasa suka-cita para petani dalam panen.
Tahun 2.000 itu, mulailah awak bersama teman-teman buat sebuah lembaga kebudayaan namanya “Yayasan Lestari Kebudayaan Tionghoa Indonesia (YLKTI). Awakpun dipercaya, mulai buat konsep surat hingga lobi-lobi ke sejumlah Fraksi-fraksi di DPR dan petinggi negeri ini. Memang saat itu bertugas meliput di DPR/MPR.
Hasilnya, 9 dari 11 Fraksi mendukung imlek sebagai hari libur nasional. Kemudian, Presiden Gus Dur mengeluarkan Inpres Nomor 6 Tahun 2000 yang isinya, Imlek dapat diperingati dan dirayakan secara fakultatif artinya yang merayakannya bisa libur.
Kebijakan tersebut selanjutnya ditindaklanjuti oleh Presiden Megawati dengan Keppres Nomor 19 Tahun 2002 tertanggal 9 April 2002 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur nasional di Kemayoran Jakarta Pusat.
Berhasilkan perjuangan itu, ternyata Ya!, awakpun diberi nama “Kim Liong” artinya “Naga Emas” hingga sekarang sejumlah teman-teman memanggil awak Kim Liong.
Namun ada cerita lain, awak sempat dijanjikan hadiah sebuah mobil oleh Suhu, namun hingga saat ini janji itu tak pernah ada. Awakpun, merasa berbesar hati saja. Namun Tuhan itu baik, rejeki mobil itu ada kendatipun bukan dari Suhu.
Memang, dalam perjalanan perjuangan tersebut, Suhu memperkenalkan ke sejumlah Konglomerat keturunan, hingga saat ini awak terus berhubungan dan berkomunikasi dengan mereka. Bahkan, awak juga diberikan Piagam Penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) atas prestasi sebagai “Pelopor Memperjuangan Imlek Menjadi Hari Libur Nasional” tahun 2003 silam.
Namun, ada juga keinginan awak yang belum kesampaian untuk membuat sejarah Imlek di Indonesia dalam sebuah buku “Orang Batak Ikut Memperjuangkan Imlek Sebagai Hari Libur Nasional”. “Mudah-mudahan terwujud”.
Gong Xi Fat Cai. Semoga bangsa ini tetap diberikan kejayaan dan kemakmuran serta tetap menjaga keberagaman. “Bhineka Tunggal Ika”.**