Amerika Pertimbangkan Sanksi untuk Bank China, Batasi ‘Armada Gelap’ Tanker Minyak

TRANSINDONESIA.co | Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen mengatakan kepada Reuters, Jumat (13/12), bahwa Amerika sedang mempertimbangkan sanksi lebih lanjut terhadap “armada gelap” kapal tanker.

Yellen juga mengatakan Amerika tidak menutup opsi menerapkan sanksi terhadap bank-bank China untuk mengurangi pendapatan minyak Rusia dan akses terhadap pasokan asing untuk membiayai perang negara itu di Ukraina.

Yellen mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa AS dan sekutunya juga dapat mempertimbangkan untuk menurunkan batas harga minyak Rusia yang saat ini sebesar $60 per barel. Batasan harga itu melarang perusahaan-perusahaan asuransi dan layanan maritim Barat untuk melayani pengiriman minyak yang dijual lebih dari batasan harga itu.

Departemen Keuangan telah memberikan sanksi kepada masing-masing kapal tanker dan pemiliknya karena beroperasi di atas batas harga dan dapat berbuat lebih banyak di bidang ini, tambah Yellen.

Dia mengindikasikan akan ada tindakan tambahan dalam lima minggu sebelum dia meninggalkan jabatannya.

“Ada sejumlah kemungkinan di sini. Kami tidak meninjau sanksi. Namun, kami selalu melihat pada pendapatan minyak dan jika kami dapat menemukan cara untuk lebih mengurangi pendapatan minyak Rusia, saya pikir hal itu akan memperkuat pengaruh Ukraina. Hal ini masih tetap dalam daftar kami,” kata Yellen.

Awal pekan ini, Yellen mengatakan pelemahan di pasar minyak memberikan peluang untuk sanksi lebih lanjut. Harga minyak mentah Brent, yang menjadi patokan pasar minyak, diperdagangkan pada $74,50 per barel pada Jumat (13/12), turun dari $85,57 ketika batas $60 ditetapkan pada Desember 2022.

Pemerintahan Presiden Joe Biden telah berlomba untuk meningkatkan dukungan bagi Ukraina sebelum Presiden terpilih Donald Trump mulai menjabat pada 20 Januari, mengingat pemimpin Partai Republik tersebut sering mengeluh mengenai besarnya biaya dukungan Amerika untuk Ukraina.

Kekhawatiran Terkait Bank-bank China

Pejabat Departemen Keuangan Amerika terus melakukan pembicaraan dengan rekan-rekan mereka di China mengenai upaya mendeteksi aktivitas lembaga keuangan yang dapat membantu transaksi terkait upaya perang Rusia. Yellen mengatakan diskusi ini terbantu oleh upaya membangun kembali komunikasi ekonomi dan keuangan AS-China selama dua tahun terakhir.

“Saya benar-benar tidak menutup kemungkinan kami akan memberikan sanksi kepada bank tertentu jika kami memiliki tingkat … bukti yang diperlukan untuk dapat menjatuhkan sanksi,” katanya.

“Namun, kami juga memiliki saluran di mana kami dapat mendiskusikan permasalahan tertentu, dan terkadang hal itu juga cukup.”

Dia mengatakan peringatan kepada bank-bank besar China telah berhasil, membuat mereka “sangat waspada” terhadap sanksi yang akan menghalangi mereka melakukan transaksi berbasis dolar. Dalam perintah eksekutif sekitar setahun yang lalu, Biden memberi Departemen Keuangan wewenang untuk mengenakan sanksi sekunder terhadap lembaga keuangan yang memfasilitasi transaksi terkait perang.

Ketika perekonomian Rusia menjadi lebih didominasi oleh produksi militer, semakin sulit untuk membedakan antara kesepakatan komersial dan kesepakatan terkait perang.

“Pihak berwenang di China menyadari bahwa penerapan sanksi ini akan menjadi ancaman serius dengan konsekuensi yang sangat merugikan,” kata Yellen. “Mereka ingin berdagang dengan Rusia, tapi mereka tidak ingin bank mereka terkena sanksi.”

Yellen mengatakan pertemuan terakhir Kelompok Kerja Keuangan Amerika-China akan berlangsung minggu depan di Kota Tianjin, China timur laut, tetapi sanksi kemungkinan besar tidak akan menjadi isu utama. Sebaliknya, pertemuan ini akan fokus pada masalah stabilitas keuangan, termasuk latihan “tabletop” tentang cara menangani potensi krisis keuangan. [voa]

Share