93 Orang Tewas dalam Serangan Udara Israel di Gaza Utara
TRANSINDONESIA.co | Pada hari Selasa, warga Palestina mencari korban yang masih terjebak di antara reruntuhan dan mengangkat korban tewas, sementara yang lain meratapi jenazah kerabat mereka.
Badan pertahanan sipil Gaza, Selasa (29/10) mengatakan serangan udara Israel semalam menewaskan 93 orang di sebuah bangunan hunian di distrik utara Beit Lahia.
“Jumlah martir dalam pembantaian di rumah keluarga Abu Nasr di Beit Lahia telah meningkat menjadi 93 martir, dan sekitar 40 orang masih hilang di bawah reruntuhan,” kata juru bicara badan tersebut, Mahmud Bassal, kepada kantor berita AFP dalam sebuah pernyataan terbaru.
Militer Israel mengatakan bahwa mereka sedang “menyelidiki laporan-laporan tersebut.”
“Ledakan itu terjadi pada malam hari dan saya pertama kali mengira itu adalah penembakan, tetapi ketika saya keluar setelah matahari terbit, saya melihat orang-orang menarik mayat, anggota tubuh, dan orang-orang yang terluka dari bawah reruntuhan,” kata Rabie al-Shandagly, yang berusia 30 tahun, yang sebelumnya berlindung di sebuah sekolah di Beit Lahia.
“Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak, dan orang-orang berusaha menyelamatkan yang terluka, tetapi tidak ada rumah sakit atau perawatan medis yang layak,” katanya kepada AFP.
Pada hari Selasa, warga Palestina mencari korban yang masih terjebak di antara reruntuhan dan mengangkat korban tewas, sementara yang lain meratapi jenazah kerabat mereka.
Dalam sebuah foto yang diambil oleh AFP, mayat salah seorang korban yang hangus terbakar dengan rambut panjang menggantung di sebuah jendela bangunan di Beit Lahia.
Seorang wartawan AFP melihat beberapa mayat terbungkus kain kafan putih, selimut, dan seprai, ketika tim penyelamat dan kerabat menarik mereka dari reruntuhan bangunan.
Kerabat korban juga terlihat menguburkan jenazah, sementara tim penyelamat terus mencari korban yang masih hidup di reruntuhan.
“Musuh telah melakukan pembantaian mengerikan lainnya terhadap rakyat kami, dan Gaza utara menjadi sasaran kampanye pembersihan etnis dan pengungsian sistematis,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan yang mengutuk serangan ke Beit Lahia.
Tidak ada yang tersisa
Jenazah 15 orang yang tewas dalam serangan tersebut dibawa ke Rumah Sakit Kamal Adwan, kata direktur rumah sakit, Hussam Abu Safia, kepada AFP.
Dia mengatakan 35 korban luka, yang kebanyakan di antaranya anak-anak, dirawat di rumah sakit tersebut.
“Kami masih menerima sejumlah martir dan korban luka,” kata Safia, seraya menambahkan bahwa rumah sakit tersebut kesulitan merawat pasien karena kurangnya staf dan obat-obatan.
“Tidak ada yang tersisa di Rumah Sakit Kamal Adwan kecuali bahan pertolongan pertama, setelah tentara menangkap tim medis dan pekerja kami saat mereka menyerbu rumah sakit selama operasi militer di Jabalia,” kata Safia.
Pekan lalu, kementerian kesehatan Gaza mengatakan pasukan Israel telah menyerbu rumah sakit tersebut, sementara militer Israel mengatakan bahwa mereka beroperasi di sekitarnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa timnya berhasil kembali ke rumah sakit Kamal Adwan pada hari Senin (28/10), dan memberikan informasi tentang situasi di sana.
“Mereka telah menemukan satu ahli bedah ortopedi, satu dokter anak, seorang kepala perawat dan beberapa dokter muda, dan dokter junior, serta perawat yang mencoba merawat sekitar 100-150 pasien,” kata juru bicara WHO Tarik Jasarevic kepada para wartawan di Jenewa, Selasa.
“Ini menunjukkan betapa sulitnya memberikan bantuan apapun di Gaza utara.”
Sejak 6 Oktober lalu, militer Israel telah melakukan serangan udara dan darat di Gaza utara, terutama di daerah Jabalia, Beit Lahia dan Beit Hanoun, dalam apa yang disebutnya sebagai operasi untuk mencegah militan Hamas menyatukan kekuatan kembali.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Selasa pagi, militer mengatakan bahwa mereka telah melakukan beberapa serangan darat dan udara di Jabalia selama satu hari terakhir, yang menewaskan sekitar 40 militan.
Puluhan ribu warga Palestina terpaksa mengungsi dari Gaza utara sejak serangan dimulai, sementara badan pertahanan sipil telah melaporkan ratusan korban jiwa. [voa]