PBB, Pemimpin Dunia Khawatirkan Eskalasi Kekerasan antara Israel dan Hizbullah
TRANSINDONESIA.co | Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan sejumlah pemimpin dunia mengungkapkan keprihatinan mereka atas meningkatnya kekerasan antara Israel dan Hizbullah di Lebanon.
Sehari setelah Hizbullah mengukuhkan tewasnya pemimpin kelompok itu dan beberapa komandan seniornya, militer Israel pada hari Minggu (29/9) mengatakan, mereka telah membunuh tokoh senior Hizbullah lainnya, Nabil Kaouk.
Hizbullah belum mengomentari nasib Kaouk, yang menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pusat Hizbullah, namun para pendukungnya telah mengirimkan pesan duka untuknya sejak Sabtu, hari Kaouk dilaporkan tewas akibat serangan udara.
Juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan bahwa pembunuhan tokoh-tokoh senior Hizbullah bisa dibenarkan.
“Hassan Nasrallah, pemimpin organisasi teroris jahat, teroris-teroris senior yang dibasmi bersamanya, dan markas-markas besar utamanya, adalah target militer yang sah menurut hukum internasional,” tandas Hagari.
Stephane Dujarric, juru bicara Sekjen PBB Antonio Guterres, pada hari Sabtu, dalam sebuah pernyataan tertulis mengungkapkan, sangat prihatin dengan peningkatan dramatis kekerasan di Beirut, Lebanon, dalam 24 jam terakhir.
“Siklus kekerasan ini harus dihentikan sekarang, dan semua pihak harus mundur. Rakyat Lebanon, rakyat Israel, serta wilayah yang lebih luas, tidak mampu menghadapi perang habis-habisan ini,” katanya dalam pernyataan itu.
Menteri Kesehatan Lebanon Firas Abiad melaporkan jumlah korban tewas di negaranya akibat serangan udara Israel terus meningkat. Abiad sendiri menyebut para korban tewas sebagai martir.
“Sejak peristiwa dimulai pada Oktober 2023, sudah ada 1.640 martir yang gugur, termasuk 104 anak-anak dan 194 perempuan, serta 8.408 luka-luka, dan perlu kami sampaikan bahwa masih ada martir di bawah reruntuhan, orang-orang yang dinyatakan hilang dan mayat-mayat,” kata Abiad.
Penjabat perdana menteri Lebanon Najib Mikati mengadakan rapat kabinet pada Sabtu malam. Ia mengutuk sikap Israel yang mengabaikan hukum dan legitimasi, dan mengutip serangkaian serangan di Beirut selatan sebagai bukti nyata. Mikati menegaskan kembali seruannya kepada masyarakat internasional agar berupaya menghentikan agresi Israel dan memaksanya mematuhi resolusi Dewan Keamanan PBB.
“Apapun yang terjadi dan tidak peduli berapa lama perang ini berlangsung, kita akan kembali ke Resolusi PBB nomor 1701. Jadi, mari kita hindari pertumpahan darah dan kembali ke resolusi itu. Militer Lebanon siap melaksanakan resolusi ini,” ujar Mikati.
Pada hari yang sama, kelompok militan Palestina, Hamas, dan kelompok Houthi di Yaman mengeluarkan pernyataan berduka atas kematian Nasrallah dan mengutuk tindakan agresi Israel. Hamas menuduh Israel secara terbuka mengancam keamanan dan perdamaian internasional, dan menjanjikan solidaritas dengan Hizbullah untuk melawan agresi Israel. Kelompok Houthi menggambarkan meninggalnya Nasrallah sebagai “kerugian besar” dan “kutukan yang akan menghantui Israel hingga Israel musnah.”
Perdana Menteri Irak Mohammed Shia’ al-Sudani selain mengutuk serangan udara Israel, mengumumkan tiga hari berkabung nasional untuk menghormati “kemartiran” Nasrallah.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengeluarkan pernyataan yang mengecam tindakan Israel membunuh pemimpin Hizbullah, dengan mengatakan hal tersebut akan membawa konsekuensi yang sangat buruk bagi Lebanon dan seluruh Timur Tengah. Rusia meminta Israel untuk segera menghentikan operasi militer guna menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya mediasi damai. [voa]