Teman Sekelas: Pelaku Penembakan Trump Alami Perundungan di Sekolah
TRANSINDONESIA.co | Karyawan panti wreda berusia 20 tahun dari pinggiran Pittsburgh yang mencoba membunuh mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, digambarkan oleh mantan teman satu sekolahnya sebagai sosok penyendiri yang kerap mengalami perundungan.
Para pejabat penegak hukum pada Minggu (14/7) masih menggali lebih dalam siapa Thomas Matthew Crooks dari Bethel Park, Pennsylvania, untuk menentukan motif Crooks melakukan penembakan itu. Crooks melepaskan tembakan ke arah acara kampanye Trump dari atap yang tak jauh dari lokasi dan menewaskan satu orang sebelum dia ditembak mati oleh agen Dinas Rahasia AS atau Secret Service.
Kerabat Crooks tidak segera menanggapi pesan dari Associated Press.
Ayah pelaku, Matthew Crooks, mengatakan kepada CNN pada Sabtu (13/7) malam bahwa ia masih mencoba mencari tahu “apa yang sebenarnya terjadi.” Namun, dia tidak akan membahas putranya sampai dia berbicara kepada aparat penegak hukum. Seorang pejabat FBI mengatakan kepada wartawan bahwa keluarga Crooks bekerja sama dengan para penyelidik.
Crooks lulus dari SMA Bethel Park pada 2022. Dalam video wisuda sekolahnya yang diunggah ke dunia maya, Crooks yang berperawakan kurus dan berkaca mata tampak berjalan ke atas panggung untuk menerima ijazah. Distrik sekolah mengaku akan bekerja sama sepenuhnya dengan tim penyelidik.
Saat menginjak kelas tiga SMA, Crooks menjadi satu dari beberapa pelajar yang diberi penghargaan dalam bidang matematika dan sains, menurut liputan Tribune-Review pada saat itu.
Frederick Mach, kapten tim senapan SMA Bethel Park saat ini, menceritakan bahwa Crooks pernah mencoba bergabung dengan tim senapan sekolah, tapi ditolak karena keterampilan menembaknya dinilai buruk. Mach merupakan adik angkatan Crooks di sekolah.
Jason Kohler, yang mengaku satu SMA meski tidak pernah sekelas dengan Crooks, mengatakan bahwa Crooks dirundung di sekolah dan kerap duduk sendirian pada jam makan siang. Kohler mengatakan para pelajar lain mengejek pakaian yang dikenakannya, termasuk karena memakai pakaian berburu.
“Ia mengalami perundungan hampir setiap hari. Ia dikucilkan, dan Anda pasti tahu bagaimana anak-anak zaman sekarang,” kata Kohler kepada wartawan.
Crooks bekerja di sebuah panti wreda sebagai asisten gizi, yang pada umumnya bertugas menyiapkan makanan. Marcie Grimm, pengelola Pusat Perawatan dan Rehabilitas Terampil Bethel Park, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa ia “terkejut dan sedih mengetahui keterlibatan Crooks.” Grimm menambahkan, Crooks memiliki rekam jejak yang bersih ketika dipekerjakan.
Kecenderungan politik Crooks masih belum jelas. Catatan menunjukkan bahwa ia terdaftar sebagai pemilih Partai Republik di Pennsylvania. Namun, laporan keuangan kampanye federal juga menunjukkan bahwa ia menyumbang $15 (sekitar Rp 243.573) kepada komite aksi politik progresif pada 20 Januari 2021, persis pada hari pelantikan Presiden AS Joe Biden.
Jaksa wilayah Butler Richard Goldinger mengatakan kepada AP pada Minggu (14/7) bahwa Crooks sebelumnya tidak dikenal oleh penyelidik di wilayahnya dan tidak terdeteksi dalam radar mereka. Ia mengatakan, penyelidikan sejauh ini tidak menemukan bukti apa pun yang menunjukkan pelaku bekerja sama dengan orang lain di wilayah tersebut.
Jalan di sekitar rumah Crooks pada hari Minggu telah diblokir. Rumah terletak di kawasan permukiman sederhana di luar Kota Pittsburgh, sekitar satu jam perjalanan dari lokasi kampanye Donald Trump. Mobil-mobil polisi ditempatkan di persimpangan dekat rumah pelaku, sementara polisi tampak berjalan melewati lingkungan tersebut.
Bahan-bahan pembuat bom ditemukan di dalam kendaraan Crooks di dekat lokasi kampanye Trump serta di kediamannya. Penemuan bahan-bahan pembuatan bom itu disampaikan oleh dua pejabat anonim yang tidak berwenang untuk berbicara di depan umum. Truk kepolisian Allegheny berwarna putih yang diidentifikasi sebagai mobil penjinak bom tampak terparkir di luar rumah pelaku Minggu pagi.
Crooks menggunakan senapan jenis AR, yang menurut pihak berwenang dibeli oleh ayah pelaku. Kevin Rojek, agen khusus Biro Penyelidik Federal (FBI) yang bertugas di Pittsburgh, mengatakan penyidik belum mengetahui apakah ia mengambil senapan tersebut tanpa seizin ayahnya.
Seorang petugas kepolisian setempat sempat naik ke atap dan berhadapan dengan Crooks, yang lantas mengarahkan senapannya kepada sang petugas. Petugas itu pun mundur, menuruni tangga, sementara Crooks dengan cepat melepaskan tembakan ke arah Trump. Saat itu lah penembak jitu Dinas Rahasia AS menembaknya mati, kata pejabat yang berbicara kepada AP dalam kondisi anonim untuk membahas penyelidikan yang sedang berlangsung. [voa]