Peringati 9 Bulan Perang dengan Hamas, Demonstrasi Meluas di Israel

TRANSINDONESIA.co | Hari Minggu 7 Juli ini tepat sembilan bulan berlangsungnya perang Israel-Hamas, dan ribuan demonstran di berbagai kota di Israel memperingatinya dengan turun ke jalan. Selain menyerukan gencatan senjata, mereka juga mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk segera mengundurkan diri.

“Day of Disruption” – demikian nama gerakan unjuk rasa yang dilakukan pada hari Minggu (7/7) yang dimulai tepat pukul 6.29 pagi waktu setempat, saat ketika kelompok militan Hamas meluncurkan roket-roket pertama ke bagian selatan Israel, menewaskan 1.200 orang dan menculik sekitar 250 sandera.

Para demonstran memblokir jalan-jalan utama dan berunjukrasa di luar rumah-rumah anggota parlemen Israel. Di dekat perbatasan dengan Gaza, demonstran Israel ini melepaskan 1.500 balon berwarna hitam dan kuning yang melambangkan mereka yang tewas dan diculik.

Hannah Golan mengatakan ia ikut berdemonstrasi karena “pengabaian terhadap komunitas kami oleh pemerintah kami, yang sangat menghancurkan.”

Ia menambahkan, “Hari ini sudah sembilan bulan berlalu, dan tetap saja tidak ada seorang pun dalam pemerintahan kami yang bertanggung jawab.”

Netanyahu telah sejak awal mengatakan diskusi soal kegagalan keamanan luar biasa di negara ini baru dapat dilakukan setelah pertempuran berakhir.

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, wilayah yang dikelola Hamas, mengatakan hingga hari Minggu ini sedikitnya 38.000 warga Palestina di wilayah itu tegas dalam serangkaian serangan balasan Israel lewat darat dan udara ke Gaza.

Israel mengatakan Hamas masih menyandera 116 orang, termasuk 42 jasad.

Sementara itu pertempuran terus berlanjut. Sedikitnya sembilan warga Palestina tewas dalam serangan udara Israel. Media Hamas dan Layanan Sipil Darurat CES mengatakan serangan ke sekolah yang dikelola gereja di bagian barat Gaza, yang menjadi tempat berlindung keluarga Muslim dan Kristen itu juga menewaskan Ehab Al Ghussein, Wakil Menteri Urusan Tenaga Kerja yang ditunjuk Hamas, dan tiga orang lainnya.

Militer Israel mengatakan sedang mengkaji laporan itu. Sebelumnya istri dan anak-anak Ghussein juga tewas dalam serangan udara Israel bulan Mei lalu.

Israel-Hamas diperkirakan akan segera mencapai gencatan senjata yang sulit dipahami setelah Hamas membatalkan tuntutannya agar kesepakatan apa pun mencakup penghentian perang secara menyeluruh, meskipun kedua belah pihak mengatakan bahwa masih ada kesenjangan yang signifikan.

Perundingan untuk mengakhiri pertempuran itu telah menemui jalan buntu selama berminggu-minggu. Tetapi dua pejabat Hamas pada hari Minggu mengatakan kelompok itu menunggu tanggapan dari Israel tentang proposal yang baru, lima hari setelah mereka menerima beberapa point utama proposal yang diajukan Amerika untuk mengakhiri perang itu. [voa]

Share