Sekretaris Jenderal PBB: Lebanon Tidak Boleh Menjadi Gaza Kedua

TRANSINDONESIA.co | Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan pada Jumat (21/6) bahwa dia sangat prihatin dengan meningkatnya ketegangan antara Israel dan Hizbullah Lebanon. Ia memastikan pasukan penjaga perdamaian PBB berupaya untuk menenangkan situasi dan mencegah kesalahan perhitungan.

“Satu tindakan gegabah – satu kesalahan perhitungan – dapat memicu bencana yang melampaui batas negara, dan sejujurnya, di luar imajinasi,” katanya kepada wartawan.

“Mari kita perjelas: Masyarakat di kawasan ini dan masyarakat dunia tidak mampu membiarkan Lebanon menjadi Gaza yang lain,” ujar Guterres.

Hizbullah yang didukung Iran menembakkan roket ke Israel sebagai solidaritas dengan sekutunya di Palestina, Hamas, sejak perang Gaza meletus pada Oktober. Serangan tersebut memaksa puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka di Israel, di mana tekanan politik meningkat untuk melakukan tindakan yang lebih keras.

Puluhan ribu warga Lebanon juga meninggalkan rumah mereka menyusul serangan Israel di Lebanon selatan.

Misi Iran untuk PBB mengatakan pada Jumat bahwa Hizbullah memiliki kemampuan untuk mempertahankan diri dan Lebanon melawan Israel. Ia memperingatkan bahwa “mungkin waktunya untuk penghancuran diri rezim tidak sah ini telah tiba.”

“Setiap keputusan yang tidak hati-hati oleh rezim pendudukan Israel untuk menyelamatkan diri dapat menjerumuskan kawasan ini ke dalam perang baru,” misi Iran di PBB memposting di X.

Pasukan penjaga perdamaian PBB UNIFIL, serta pengamat teknis tak bersenjata yang dikenal sebagai UNTSO, telah lama ditempatkan di Lebanon selatan. Mereka bertugas memantau permusuhan di sepanjang garis demarkasi antara Lebanon dan Israel, yang dikenal sebagai Garis Biru.

“Pasukan penjaga perdamaian PBB berada di lapangan berupaya meredakan ketegangan dan membantu mencegah kesalahan perhitungan,” kata Guterres.

“Dunia harus menyatakan dengan lantang dan jelas: deeskalasi dalam waktu dekat tidak hanya mungkin dilakukan – tetapi hal ini penting,” katanya. “Tidak ada solusi militer.” [voa]

Share