Digital Leadership: Jago Sosial?

TRANSINDONESIA.co | Oleh: Chrysnanda Dwilaksana

Digital leadership formal maupun non formal di era digital memiliki followers yang selalu mengidolakan dan mengikutinya. Apa yang dikatakan, dilakukan mempengaruhi bagi banyak orang.

Para pemimpin itu memiliki hubungan sosial dengan warga net maupun warga masyarakat secara umum dalam berbagai dialognya di media. Ia dianggap memiliki manfaat, mencerahkan, memotivasi, memberdayakan, memberi solusi bahkan menghibur.

Pemimpin di era digital bukan lagi bisa memerintah atau marah atau menakut nakuti. Jago bukan lagi jagoan sakti mandraguna anti peluru, anti bacok dsb melainkan membawa manfaat. “Pemimpin kudu ono lelabuhane, ora ono lelabuhane ora ono gunane”.

Kemanfaatan inilah yang ditunjukan sebagai pelopor, dan mampu memberdayakan media mulai dari membranding hingga memarketingkan. Pemimpin di era digital mau tidak mau literasinya menunjukan kualitas yang tinggi.

Digital leadership konteks polisi dan pemolisiannya merefleksikan keutamaan bagi Kemanusiaan, Keteraturan Sosial untuk membangun Peradaban.

Rabindranath Tagore mengatakan: Adab adalah Perilaku yang Indah.

Maknanya peradaban itu diciptakan dan dibangun dari kaum yang memiliki literasi tinggi yang terungkap dari: Pikiran, Perkataan, Perbuatannya. Konteks digital leadership moralitas para pemimpin juga menjadi taruhannya. Digital leadership yang menjadi panutan Pantas dan Benar, Layak dan Menyelamatkan.

Hubungan sosial ini menjadi sesuatu yang bisa menjadi ruang bagi banyak orang dalam konteks meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Jagonya para Digital Leadership muncul bagaimana bisa menjadi kiblat kebaikan dan kebenaran adanya kemanfaatan. Digital Leadership jago dalam bidang Media Intelejen sehingga mampu memberdayakan pemolisiannya dalam Elektronic Policing sebagai model pemolisian di era digital.

Electronic Policing merupakan model pemolisian yang menjembatani antara dunia virtual maupun aktual agar adanya pelayanan prima kepolisian yang mencakup pelayanan : Keamanan, Keselamatan, Hukum, Administrasi, Informasi, dan Kemanusiaan.

Membangun Electronic Policing dalam sistem saling terhubung ( on line ) yang berbasis elektronik dengan adanya:

1.Back office sebagai operation room yang berbasis pada big data system yang dapat dikembangkan sebagai sentra pelayanan publik dalam One Stop Service

2.Application yang berbasis AI sehingga dapat menginput data, menganalisa dan menghasilkan produk dalam algoritma yang berwujud pad ingo grafis, info statistik maupun info virtual lainnya yang merupakan Prediksi, Antisipasi

3.Net Working yang berbasis IoT

Electronic Policing dapat dikembangkan dalam model Smart City yang dalam pendekatan pemolisian dapat diimplementasikan pada:

1.Smart Living

Model pemeliharaan Keamanan pada Komuniti atau yang didasari pemolisian yang berbasis :

a.Wilayah

b.Fungsi

c.Dampak Masalah

2.Smart Mobiliti

Dapat dibangun dalam model It for Road Safety (Road safety policing) yang mendukung : road safety management, safer road, safer vehicle, safer people maupun posr crash.

Dari algoritma yang dihasilkan dapat diwujudkan dalam Index Safety and Security.

Digital Leadership kebijakannya mendukung pada pengembangan cyber cops yang akan mengawaki dan ini sebagai reformasi birokrasi, inisiatif anti korupsi maupun creative break through maupun anti premanisme.

Yang dapat dipertanggungjawabkan secara: Moral, Hukum, Administrasi, Fungsional maupun Sosial.

Di sinilah Digital Leadership passionnya membangun polisi sebagai penjaga kehidupan, pembangun peradaban dan pejuang kemanusiaan.**

 

Idhul Adha 170624

Share