Demonstrasi Pro-Palestina di AS Ditengarai Berdampak pada Pilpres 2024
TRANSINDONESIA.co | Alih-alih banyak perkemahan mahasiswa di puluhan kampus di AS telah dibongkar, para demonstran pro-Palestina tetap bersikukuh pada tujuan protes mereka. Jika demonstrasi ini berlanjut, para analis menilai hal ini dapat menimbulkan dampak terhadap pemilu presiden 2024.
Lebih dari 20 demonstran pro-Palestina ditangkap polisi Sabtu lalu (2/5), sementara kemah-kemah yang mereka dirikan di University of Virginia dibongkar. Namun, hal-hal seperti ini tidak menyurunkan para demonstran, yang banyak diantaranya bahkan telah menyampaikan tuntutan-tuntutan mereka dalam upacara wisuda, sebagaimana yang terjadi di Michigan.
Setelah polisi membersihkan gedung yang sebelumnya telah diduduki sejumlah demonstran di Columbia University, Wali Kota New York Eric Adams bicara di program “This Week” stasiun televisi ABC. Ia mengatakan aparat penegak hukum memastikan upacara wisuda akan berlangsung tenang.
“Kami akan melakukan pekerjaan kami, dan jika institusi (Pendidikan) memutuskan untuk merayakan wisuda dengan pengalaman indah bersama keluarga mereka, kami akan memastikan hal itu terwujud secara damai,” kata Adams.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menjawab aksi-aksi unjukrasa itu dalam pernyataan hari Kamis (1/5). Berbicara dalam program “State of the Union” di stasiun televisi CNN, analis yang kini menjadi anggota tim kampanyenya, Mitch Landrieu menggarisbawahi pesan utama Biden.
“Setiap orang berhak melakukan protes, tetapi harus damai. Jika protes dilakukan dengan kekerasan, hal itu harus berhenti. Tidak ada tempat untuk aksi semacam itu. Tidak ada tempat untuk anti-Yahudi. Tidak ada tempat untuk Islamofobia,” ujar Landrieu.
Trump Kecam Demo Pro-Palestina di Kampus-kampus
Calon kuat kandidat capres dari Partai Republik, Donald Trump, Minggu (5/5) kembali menyampaikan kritiknya terhadap demonstrasi-demonstrasi pro-Palestina.
Trump juga memasang pesan di platform media sosialnya, Truth, bahwa “Biden adalah alasan semua demonstrasi yang menjijikkan ini.”
Pakar politik dari University of Michigan Michael Traugott mengatakan jelas ini merupakan strategi politik Trump untuk memanfaatkan dukungan bagi terpilihnya kembali Joe Biden.
“Ia (Trump.red) menginginkan adanya unjuk rasa… Dia ingin para pengunjuk rasa, termasuk mahasiswa, ditangkap dan dikeluarkan dari kampus. Namun, dia tidak mengerti atau tidak mau mengakui bahwa presiden hanya memiliki sedikit kendali langsung atas semua ini,” ujar Traugott.
Lebih jauh Traugott mengatakan jika demonstrasi pro-Palestina, yang sudah terjadi di 43 kampus terkemuka AS berlanjut, dikhawatirkan akan berdampak pada pemilu presiden November nanti.
“Saya pikir protes-protes tersebut secara umum menguntungkan Donald Trump karena bertentangan dengan pandangan sebagian besar pendukungnya. Dan mereka akan lebih mungkin untuk memilih, sementara di sisi lain, mereka dapat menekan jumlah pemilih di kalangan anak muda, sebagian besar dari Partai Demokrat, yang akan mendukung Joe Biden,” imbuhnya.
Saat berpidato di Holocaust Museum, Presiden Joe Biden menekankan berbagai usaha melawan anti-Yahudi.
Minggu-minggu ini Trump juga akan disibukkan dengan keharusan berada di pengadilan terkait sidang pidana di New York dan persiapan kampanyenya di New Jersey pada 1 Mei nanti. [voa]