Rusia Tetap Salahkan Ukraina Meski ISIS Mengklaim Serangan ke Gedung Konser

TRANSINDONESIA.co | Sejumlah pejabat Rusia, pada Selasa (26/3), tetap mengatakan bahwa Ukraina dan Barat memiliki peran dalam serangan mematikan di gedung konser Moskow pekan lalu, meski Ukraina telah menolak dengan tegas tuduhan keterlibatannya dan kelompok yang berafiliasi dengan ISIS telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Tanpa memberikan bukti apa pun, Alexander Bortnikov, kepala Dinas Keamanan Federal Rusia atau FSB, meneruskan tuduhan yang sama dengan yang dilayangkan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang mengaitkan serangan itu dengan Ukraina, meskipun Putin sendiri mengakui bahwa para tersangka yang sudah ditahan adalah “para Islamis radikal”.

Kelompok yang berafiliasi dengan ISIS mengklaim bahwa mereka melakukan serangan tersebut. Pihak intelijen AS juga mengatakan bahwa mereka memiliki informasi yang menegaskan kelompok tersebut memang bertanggung jawab atas serangan itu. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan negaranya juga memiliki informasi intelijen yang menunjuk “entitas ISIS” sebagai pihak yang bertanggung jawab atas serangan yang terjadi.

Namun, terlepas dari tanda-tanda yang telah mengarah pada ISIS, Putin bersikeras terkait keterlibatan Ukraina dalam serangan itu. Presiden Volodymyr Zelenskyy telah menolak tuduhan tersebut, sambil balik menuduh bahwa para pemimpin Rusia mencoba untuk membakar semangat pasukan mereka sendiri yang saat ini sedang berperang di Ukraina.

Bortnikov menuduh agen-agen mata-mata Barat juga telah terlibat dalam serangan teror paling mematikan di tanah Rusia dalam dua dekade terakhir, meskipun dia juga mengakui telah menerima peringatan AS terkait serangan tersebut.

“Kami percaya bahwa para Islamis radikal menyiapkan aksi serangan, sementara intelijen Barat membantu mereka dan intelijen Ukraina memiliki peran langsung dalam serangan itu,” kata Bortnikov tanpa memberikan detil lebih jauh.

Dia mengulang klaim Putin bahwa empat orang bersenjata itu berusaha melarikan diri ke Ukraina ketika mereka ditangkap, menjadikan hal ini sebagai bukti terkait tuduhan keterlibatan Ukraina.

Tetapi pernyataan itu sedikit dilemahkan oleh pernyataan presiden otoriter dari Belarus, Alexander Lukashenko, yang mengatakan pada Selasa bahwa para tersangka melarikan diri menuju Ukraina karena takut terhadap ketatnya pengawasan di perbatasan Belarus. [voa]

Share