PBB Khawatir dengan Situasi di Lebanon

TRANSINDONESIA.co | Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Stéphane Dujarric, pada Rabu (14/2), mengatakan telah mendapat informasi dari Misi Penjaga Perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) tentang “pergeseran situasi yang mengkhawatirkan terkait baku tembak antara Angkatan Bersenjata Israel dan kelompok-kelompok bersenjata di negara itu, termasuk yang menarget daerah-daerah yang jauh dari Garis Biru atau Blue Line.”

“Garis Biru” atau “Blue Line” adalah garis demarkasi yang memisahkan Lebanon dari Israel dan Dataran Tinggi Golan. Garis tersebut ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 7 Juni 2000 untuk menentukan apakah Israel telah sepenuhnya mundur dari Lebanon. Garis itu digambarkan sebagai “sementara” dan “bukan perbatasan, tetapi “garis penarikan.”

Dujarric mengatakan “pelanggaran gencatan senjata sejak 8 Oktober lalu telah merenggut banyak korban jiwa dan menyebabkan kerusakan yang signifikan pada rumah-rumah sipil dan infrastruktur publik. Eskalasi yang terjadi baru-baru ini merupakan tindakan yang berbahaya dan harus dihentikan.”

Ia menambahkan, “Misi Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Lebanon atau UNIFIL terus terlibat penuh dengan para pihak [yang bertikai] untuk mengurangi ketegangan dan terus melaksanakan mandatnya.”

“Pasukan penjaga perdamaian tetap beroperasi di lapangan meskipun ada peningkatan risiko dan tantangan,” ujarnya.

Ia kembali mengulangi seruan kepada seluruh pihak untuk melakukan gencatan senjata dan bekerja untuk mencapai solusi diplomatik. [voa]

Share