Dua Jurnalis Tewas dalam Serangan Udara Israel di Gaza
TRANSINDONESIA.co | Dua jurnalis dilaporkan tewas pada hari Minggu (7/1) di Gaza akibat serangan udara Israel. Kedua jurnalis tersebut adalah Mustafa Thuria, kamerawan untuk Agence France-Presse (AFP) dan Hamza Wael Dahdouh, seorang jurnalis Al Jazeera – ketika Israel melanjutkan serangan militernya yang bertujuan untuk melenyapkan Hamas.
Kedua jurnalis tersebut terbunuh saat mengendarai, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza.
Militer Israel belum mengomentari serangan tersebut.
Ayah Hamza adalah kepala biro Al Jazeera di Gaza dan baru-baru ini terluka dalam sebuah serangan. Istri dan dua anaknya tewas pada hari-hari awal konflik.
Kota Khan Younis di Gaza selatan juga terkena serangan udara Israel pada hari Minggu, menewaskan dan melukai beberapa orang.
Pasukan Israel telah menyelesaikan pembongkaran “kerangka militer” Hamas di Gaza utara, menewaskan sekitar 8.000 militan di wilayah itu dan menyita puluhan ribu senjata dan jutaan dokumen di sana, kata juru bicara militer Israel pada hari Sabtu (6/1/2024).
Dalam sebuah konferensi pers secara daring, Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan Israel kini memusatkan perhatian pada pembubaran Hamas di Jalur Gaza tengah dan selatan. Dia mengakui upaya itu akan memakan waktu.
Hagari mengatakan upaya militer Israel dalam menghancurkan Hamas dari Gaza tengah dan selatan akan dilakukan secara berbeda dibandingkan dengan yang dilakukan di utara. Dia menambahkan bahwa “kamp pengungsi di jalur Gaza tengah penuh sesak dan penuh dengan teroris,” seraya menyatakan bahwa untuk menghancurkan jaringan rumit terowongan bawah tanah Hamas di Gaza membutuhkan banyak tenaga.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu (6/1) bahwa perang melawan Hamas “tidak boleh dihentikan” sampai Israel mencapai tiga tujuan utama: “menghilangkan Hamas, memulangkan sandera kami dan memastikan bahwa Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel.”
Israel & Hizbullah Terus Baku Tembak
Sementara itu, Israel dan Hizbullah terus saling baku tembak pada hari Sabtu (6/1) di seberang perbatasan Lebanon, dalam salah satu hari pertempuran lintas perbatasan terberat dalam beberapa pekan terakhir.
Sirene serangan udara terdengar di seluruh Israel utara ketika kelompok Hizbullah Lebanon yang didukung Iran mengatakan mereka meluncurkan lebih dari 60 roket ke pangkalan militer Israel. Israel mengatakan pihaknya membalas dengan menyerang “sel teroris yang bertanggung jawab atas peluncuran tersebut.” Israel juga mengatakan pihaknya menyerang beberapa sasaran Hizbullah di Lebanon selatan, termasuk posisi militer dan “infrastruktur teroris.”
Hizbullah mengatakan lima pejuangnya tewas dalam serangan Israel.
Hizbullah mengatakan dalam sebuah pernyataan, serangannya terhadap Israel adalah “tanggapan awal” terhadap pembunuhan salah satu pemimpin Hamas, Saleh al-Arouri, awal pekan ini. Hizbullah yakin Israel bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan Arouri, namun Israel belum mengaku bertanggung jawab.
Hizbullah – seperti Hamas, kelompok militan yang didukung Iran yang ditetapkan sebagai organisasi teror oleh Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya – telah melakukan sejumlah penembakan roket melintasi perbatasan utara Israel sejak perang Israel-Hamas dimulai pada 7 Oktober. [voa]