Colling System di Era Post Truth
TRANSINDONESIA.co | Di era post truth berbagai cara pembenaran yang di design sedemikian rupa dianggap sebagai kebenaran yang dapat berefek pada penyesatan dengan mengobok obok opini publik.
Media menjadi sarana utamanya dengan berbagai hoax yang dibumbui primordialisme untuk mendapatkan legitimasi dan solidaritas. Yang dapat menggerus logika dengan mengutamakan emosional dengan memanfaatkan spiritualisme. Sasarannya adalah untuk mempengaruhi opini publik yang akan dapat mengadu domba hingga terjadinya konflik sosial. Untuk menjaga keteraturan sosial dan perdamaian diperlukan adanya pendinginan atau cooling system, yang setidaknya melakukan langkah langkah:
1. Membuat event event dengan berbagai program yang membuat happy dan mencerahkan.
2. Membuat dan berdayakan area publik atau tempat tempat nongkrong untuk interaksi sosial.
3. Membuat model dialog langsung atau melalui media.
4. Membuat model model komunitas.
5. Membuat kesepakatan melalui berbagai cara untuk tetap rasional dan penyelesaian masalah dengan mengedepankan cara cara damai.
6. Memberdayakan soft power dan smart power.
7. Memberdayakan seni budaya.
8. Membuat model model counter issue yang mendamaikan, mendinginkan dan mencerdaskan.
9. Membangun role model dari tokoh tokoh formal dan non formal yang inspiratif
10. Memberdayakan sistem edukasi formal maupun non formal.
Masih banyak cara lain yang bisa dilakukan dalam menjaga keteraturan sosial membangun cooling system. (Chrysnanda Dwilaksana)
Lembah tidar 201123