Perang Tahap Kedua, Israel Lancarkan Serangan Darat Lawan Hamas di Gaza

TRANSINDONESIA.co | Pasukan Israel melancarkan operasi darat melawan Hamas di Gaza, Minggu (29/10), yang disebut oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagai fase kedua dari perang yang sudah berlangsung selama tiga minggu. Operasi darat itu bertujuan untuk menghancurkan kelompok militan Palestina.

Dilansir oleh kantor berita Reuters, penduduk Gaza yang terkepung mengalami pemutusan sambungan komunikasi dan internet yang hampir total ketika pesawat-pesawat tempur Israel menjatuhkan bom dan pasukan serta kendaraan lapis baja mereka masuk ke daerah kantong yang dikuasai Hamas. Para panglima militer Israel memberi isyarat bahwa mereka bersiap untuk memperluas serangan darat.

Pemutusan saluran komunikasi di Gaza masih berlangsung hingga Minggu (29/10).

Dalam konferensi pers di Tel Aviv, Sabtu (28/10), Netanyahu memperingatkan rakyat Israel untuk bersiap menghadapi perang “panjang dan sulit”. Namun dia tidak mengatakan serangan ke Gaza saat ini sebagai invasi. Sejumlah pejabat Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa beberapa pembantu Presiden Joe Biden sudah menyarankan Israel agar segera menunda serangan besar-besaran.

Meski operasi darat tahap awal tampaknya masih terbatas untuk saat ini, Netanyahu Netanyahu berjanji akan berusaha semaksimal mungkin untuk membebaskan lebih dari 200 sandera, termasuk warga Amerika dan orang asing lainnya, yang ditahan oleh Hamas.

“Ini tahap kedua perang yang tujuannya jelas – menghancurkan kapabilitas pemerintahan dan militer Hamas dan membawa pulang para sandera,” kata Netanyahu kepada para wartawan.

“Kita baru mulai,” katanya. “Kita akan menghancurkan musuh di atas dan bawah tanah,” imbuhnya.

Israel sudah memperketat blokade dan membombardir Gaza selama tiga minggu sejak kelompok Hamas melancarkan serangan fatal pada 7 Oktober. Menurut pihak berwenang Israel, setidaknya 1.400 orang Israel tewas dalam serangan paling mematikan dalam sejarah negara itu selama 75 tahun.

Negara-negara barat umumnya mendukung apa yang mereka sebut sebagai ‘hak Israel untuk membela diri.’ Namun, kecaman internasional makin nyaring terhadap korban jiwa yang berjatuhan akibat pengeboman. Selain itu, seruan untuk “jeda kemanusiaan” juga makin kencang agar bantuan-bantuan bisa menjangkau warga sipil Gaza dan meredakan krisis kemanusiaan.

Pihak berwenang medis di Jalur Gaza yang berpenduduk 2,3 juta jiwa mengatakan sebanyak 7.650 orang Palestina tewas akibat serangan Israel untuk menghancurkan para militan yang disokong oleh Iran.

Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas mengatakan “Rakyat kami di Jalur Gaza menghadapi perang genosida dan pembantaian yang dilakukan oleh pasukan pendudukan Israel yang ditonton oleh seluruh dunia.” Otoritas Palestina memerintah sebagian dari Tepi Barat, sedangkan Hamas menguasai Gaza.

Menarget labirin terowongan Hamas

Militer Israel mengatakan pihaknya mengerahkan pasukan dan tank-tank ke Gaza pada Jumat (27/10) malam dengan fokus menyerang infrastruktur, termasuk jaringan terowongan ekstensif yang dibangun oleh Hamas.

Pada Sabtu (28/10), Netanyahu menyerukan kembali kepada warga sipil Palestina untuk keluar dari bagian utara Jalur Gaza di mana Israel memusatkan serangan. Israel meyakini lokasi itu sebagai tempat persembunyian Hamas dan instalasi lainnya.

Namun, orang-orang Palestina mengatakan tidak ada tempat yang aman karena bom-bom juga menghancurkan rumah-rumah di bagian selatan wilayah yang padat penduduk itu.

“Bencana kemanusiaan sedang terjadi di depan mata kita,” kata Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres. Para diplomat mengatakan Dewan Keamanan PBB berencana mengadakan pertemuan pada Senin (30/10) untuk membahas krisis Israel-Gaza.

Miliarder Elon Musk menawarkan jaringan satelit Starlink milik perusahaannya, SpaceX, untuk mendukung komunikasi bagi “organisasi-organisasi bantuan yang diakui secara internasional” di Gaza. Israel merespons dengan mengatakan akan melawan langkah itu karena Hamas akan “menggunakannya untuk aktivitas-aktivitas teroris.”

Netanyahu, yang bertemu dengan para keluarga sandera pada Sabtu (28/10), mengatakan kontak-kontak untuk mengamankan pembebasan sandera akan berlanjut meski di tengah serangan darat dan tekanan militer terhadap Hamas bisa membantu memulangkan mereka. Dia tidak menjelaskan lebih lanjut.

Sayap angkatan bersenjata Hamas mengatakan para kombatannya melawan pasukan Israel di timur laut dan tengah Gaza.

“Brigade Al-Qassam dan seluruh kekuatan perlawanan Palestina sepenuhnya siap menghadapi agresi dengan kekuatan penuh dan menggagalkan serangan tersebut,” katanya.

Di tengah ketakutan bahwa perang Israel-Hamas akan berkembang menjadi konflik regional, Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan kepada para wartawan bahwa Israel tidak tertarik memperluas konflik keluar Gaza, tetapi siap di semua lini. [ft]

 

Sumber: Voaindonesia

Share