Rudal Rusia Hantam Kota Chernihiv di Ukraina, 7 Tewas dan Ratusan Luka

TRANSINDONESIA.co | Tujuh orang tewas, termasuk seorang anak perempuan berusia 6 tahun, 144 terluka dan 41 dirawat di rumah sakit setelah rudal Rusia menghantam lapangan alun-alun di Chernihiv, kota bersejarah di utara Ukraina pada Sabtu (19/8), kata para pejabat Ukraina.

“Saya yakin para tentara kami akan memberi balasan terhadap Rusia atas serangan teroris ini,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam pidato rutin malam hari melalui tayangan video, Minggu (20/8).

Zelenskyy mengeluarkan pernyataannya pada penghujung lawatan ke Swedia. “Balasan yang telak.”

Zelenskyy mengatakan dari 144 orang yang terluka, sebanyak 15 adalah anak-anak. Dia juga mengungkap anak perempuan yang tewas teridentifikasi bernama Sofia.

Lima belas lainnya yang cedera adalah polisi, kata Menteri Dalam Negeri Ihor Klymenko melalui aplikasi pesan teks Telegram. Klymenko mengatakan sebagian besar korban sedang berada di dalam kendaraan, menyeberangi jalan atau pulang dari gereja.

Gubernur wilayah Viacheslav Chaus mengatakan 41 orang dirawat di rumah sakit pada Sabtu (19/8).

Zelenskyy mengatakan serangan terhadap Chernihiv, yang bertepatan dengan hari libur Kristen Ortodoks, Perayaan Transfigurasi Tuhan. Kota yang berjarak 145 kilometer ke arah utara dari Kyiv itu, dihiasi jalan-jalan yang teduh dengan pepohonan dan gereja-gereja yang usianya sudah berabad-abad.

Puing-puing berserakan di sekitar alun-alun di seberang gedung teater yang rusak. Gedung-gedung sekitarnya di mana banyak kendaraan sedang parkir juga rusak.

Atap gedung teater yang bergaya neoklasik juga terkoyak.

Rusia sudah menyerang kota-kota Ukraina yang terletak jauh dari garis depan dengan rudal dan pesawat nirawak atau drone sebagai bagian invasi yang dimulai pada Februari 2022.

Chaus mengatakan orang-orang yang pulang dari gereja dan pejalan kaki lainnya termasuk di antara korban-korban cedera ketika rudal menghantam gedung teater yang menjadi tempat pertemuan.

Badan-badan penegak hukum sedang menyelidiki bagaimana Rusia bisa mengetahui acara itu, yang menurut Chaus dihadiri oleh perwakilan dari bisnis dan komunitas. Namun media Ukraina melaporkan acara itu juga dihadiri para produsen drone. Kedua belah pihak sudah menggunakan drone di medan pertempuran.

Penyelenggara acara mengatakan seluruh partisipan, termasuk para teknisi, anggota militer dan relawan, diminta untuk berlindung di tempat-tempat perlindungan serangan udara di dalam gedung teater ketika alarm berbunyi. Namun beberapa orang malah keluar gedung.

“Semua yang berlindung dalam keadaan aman,” kata Maria Berlinska, pendiri Dignitas Fund, melalui Facebook. Dignitas Fund mengorganisasi acara penggalangan dana, termasuk untuk pengadaan drone untuk penggunaan di garis depan. [voa]

Share