Korban Tewas Karhutla Hawaii Menjadi 110, Pihak Berwenang Bela Keputusan Tak Nyalakan Sirene

TRANSINDONESIA.co | Kepala badan kedaruratan di Maui, Hawaii, AS pada hari Rabu (16/8) mengatakan bahwa ia “tidak menyesal” bahwa sirene-sirene di wilayah itu tidak dinyalakan untuk memberi peringatan kepada masyarakat tentang kebakaran hutan dan lahan yang merambah ke arah permukiman.

Herman Andaya, Direktur Badan Penanggulangan Darurat Maui, membela keputusan instansinya untuk tidak menyalakan sirene saat kebakaran.

“Kami takut orang-orang akan pergi mauka,” ungkapnya, menggunakan istilah Hawaii yang dapat berarti menuju ke pegunungan atau pedalaman. “Jika itu terjadi, maka mereka akan pergi menuju arah api.”

Tidak terdapat sirene di pegunungan, di mana api menyebar ke bawah.

Hawaii menciptakan apa yang disebut sebagai sistem sirene peringatan keselamatan masyarakat luar ruangan terbesar di dunia setelah tsunami pada 1946 menewaskan lebih dari 150 orang di Pulau Besar Hawaii.

Andaya mengatakan, sirene-sirene itu utamanya digunakan untuk memberi peringatan bahaya tsunami.

Akan tetapi, situs sistem sirene Maui menyebut sirene dapat digunakan untuk memberi peringataan kebakaran hutan.

Sementara jumlah korban tewas naik menjadi 110 orang, unit kamar mayat keliling dengan koroner tambahan telah tiba di Hawaii pada hari Selasa (15/8) untuk membantu proses memilah jenazah. [voa]

Share