Korban Tewas Kebakaran Hutan “Neraka Hawaii” Tambah Jadi 67

TRANSINDONESIA.co | Para pejabat negara bagian Hawaii, Amerika Serikat (AS), Jumat (11/8), masih berupaya mencari penyebab kebakaran lahan fatal yang melandai kawasan Lahaina di Pulau Maui hingga menewaskan setidaknya 67 orang. Kebakaran lahan yang merambat dengan cepat itu menghancurkan kota resor bersejarah nyaris tanpa peringatan kepada para penduduknya.

Kantor berita Reuters melaporkan bahwa jumlah korban tewas diperkirakan akan bertambah karena tim SAR dengan bantuan anjing pelacak menyisir puing-puing bangunan yang terbakar di kota itu. Api kebakaran lahan melalap 1,000 bangunan dan membuat ribuan warga kehilangan tempat tinggal. Para pejabat menyebut kebakaran lahan itu sebagai bencana alam paling parah dalam sejarah negara bagian tersebut.

“Seiring dengan berlanjutnya upaya pemadaman kebakaran, 12 tambahan korban tewas telah dikonfirmasi per hari ini, pukul 13.00 di tengah kebakaran aktif Lahana. Tambahan itu menambah jumlah korban tewas menjadi 67 orang,” kata pemerintah Maui County dalam pernyataannya.

Gubernur Josh Green sudah memperingatkan bahwa jumlah korban tewas kemungkinan besar akan terus bertambah.

Tiga hari sejak bencana, masih belum jelas apakah para penduduk menerima peringatan sebelum api melalap rumah mereka.

Pulau Maui punya sirine gawat darurat untuk memberi peringatan bencana alam dan ancaman-ancaman lainnya. Namun, sirine itu tampaknya tidak berbunyi pada saat kebakaran.

Para pejabat juga tidak memberi gambaran terperinci tentang notifikasi yang dikirimkan kepada warga dan apakah pesan itu disampaikan melalui pesan teks, surel, atau panggilan telepon.

Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Maui Bradford Ventura mengatakan dalam konferensi pers pada Kamis (10/8) bahwa kecepatan api merambat membuat “hampir tidak mungkin” bagi para petugas gawat darurat untuk berkomunikasi dengan para pejabat manajemen gawat darurat. Para manajemen gawat darurat ini lah yang biasanya mengumumkan perintah-perintah evakuasi. Ventura mengatakan jaringan ponsel saat itu juga terganggu.

“Pada dasarnya mereka melakukan evakuasi mandiri nyaris tanpa peringatan,” kata Ventura merujuk pada para penduduk di kawasan yang menjadi awal kebakaran.

Bencana itu mulai meluas tak lama setelah tengah malam Selasa (8/8) ketika api kebakaran lahan dilaporkan di Kota Kula, sekitar 56 kilometer dari Lahaina. Sejumlah warga mengatakan bahwa sekitar lima jam kemudian pada pagi itu, aliran listrik padam di Lahaina.

Api kebakaran terus menjalar dengan cepat hingga kemudian pada sekitar pukul 15.30 waktu setempat, kebakaran Lahaina tiba-tiba berkobar besar. Sejumlah warga mulai mengungsi, sementara para tamu-tamu hotel di bagian barat kota itu diperintahkan untuk berlindung di tempat-tempat perlindungan.

Beberapa jam kemudian, pemerintah daerah mulai mengunggah serangkaian perintah evakuasi melalui Facebook, sementara kebakaran terus meluas ke seluruh kota.

Sejumlah saksi mata mengatakan mereka sedikit sekali menerima peringatan. Mereka menggambarkan situasi mengerikan yang mereka hadapi ketika api melalap Lahaina dalam waktu beberapa menit. Beberapa orang terpaksa terjun ke Samudera Pasifik untuk menyelamatkan diri.

Proses evakuasi di Lahaina juga dipersulit dengan lokasinya yang di pesisir pantai dan di samping jajaran perbukitan. Artinya hanya ada dua cara untuk keluar, kata Andrew Rumbach, spesialis iklim dan komunitas di Institut Urban di Washington.

Pulau itu punya enam tempat pengungsian untuk para pengungsi. Para pejabat juga mengatakan sedang merancang rencana untuk menempatkan para pengungsi di hotel-hotel dan properti penyewaan untuk para turis.

Para pejabat county mengatakan warga Lahaina akan diizinkan untuk kembali ke properti mereka untuk melakukan pengecekan pada Jumat (11/8) sore, tetapi jam malam akan diberlakukan mulai pukul 22.00. Di bagian barat Maui, sebagian besar warga tidak mendapat aliran listrik dan air.

Kebakaran lahan di Maui adalah kebakaran terbaru yang terjadi pada musim panas ini di seluruh dunia. Kebakaran lahan memaksa puluhan ribu warga di Yunani, Spanyol, Portugal dan bagian lainnya di Eropa, untuk mengungsi. Sementara itu di bagian barat Kanada, asap dari kebakaran lahan parah menyelimuti wilayah luas di Midwest dan Pantai Timur AS. [voa]

Share