Aksi Mogok Hollywood Tuntut Upah yang Adil & Perlindungan AI

TRANSINDONESIA.co | Aktor Hollywood, Jumat lalu, menggelar aksi mogok. Mereka menuntut gaji yang lebih tinggi, kebijakan residu yang lebih baik, dan perlindungan terhadap penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI).

Sejak Mei, penulis Hollywood telah melakukan mogok kerja. Lilan Bowden mendukung aksi mogok para bintang film di gedung Netflix di Sunset Boulevard, Los Angeles, meskipun aktris itu sedang hamil sembilan bulan.

“Saya ikut aksi mogok SAG-AFTRA. Saya anggota Guild. Kami memperjuangkan upah yang adil karena sekarang penghasilan sebagai aktris semakin sulit untuk mencukupi kebutuhan hidup,” ujarnya.

Pada Jumat (14/5), setelah negosiasi yang gagal dengan studio besar dan layanan streaming, SAG-AFTRA, serikat pekerja yang mewakili sekitar 160.000 bintang film dan televisi, bersama professional media lainnya di seluruh dunia, menggelar aksi mogok.

Selain kenaikan gaji, serikat itu menuntut perubahan kebijakan industri mengenai residu, pembayaran yang diterima bintang film kalau pertunjukan atau film ditayangkan ulang. Ini telah menjadi praktik standar dalam beberapa tahun terakhir dengan munculnya layanan streaming.

Tuntutan lain adalah perlindungan terkait kecerdasan buatan, yang semakin maju dalam mereplikasi wajah, tubuh, dan suara seseorang di layar.

Aktor Dwayne Colbert mengatakan, “Itu adalah persyaratan sesuai kontrak terakhir, bahwa saya akan dipindai untuk sebuah produksi. Saya tidak tahu untuk apa. Saya memang mengizinkan, tetapi saya tidak tahu nantinya wajah dan suara saya itu akan digunakan untuk apa.”

Aliansi Produser Film dan Televisi, yang berunding atas nama studio besar, mengatakan telah menawarkan kenaikan gaji yang tinggi dan kenaikan pembayaran residu. Terkait AI, aliansi telah “memberi usul terobosan guna melindungi artis dari versi digital.”

Kesepakatan itu, kata kepala negosiator SAG-AFTRA Duncan Crabtree-Ireland, tidak cukup.

“Dalam usul terkait AI yang katanya terobosan, pemain latar harus bersedia dipindai, dengan bayaran satu hari. Perusahaan yang menyimpan hasil pemindaian itu, wajah mereka, segala sesuatu yang mirip mereka, dan dapat menggunakannya sampai kapan pun, dalam proyek apa pun yang mereka inginkan, tanpa persetujuan, dan tanpa kompensasi. Kalau itu dianggap sebagai usul yang inovatif, saya sarankan kalian berpikir lagi,” tukasnya.

Aksi mogok dilakukan di luar studio besar dan layanan streaming di Los Angeles dan New York. Para bintang film kini bergabung dengan lebih dari 11.000 anggota Writers Guild of America, yang telah melakukan aksi mogok terhadap perusahaan yang sama sejak Mei. Aksi itu mengancam ketersediaan tayangan baru di televisi pada musim gugur mendatang.

Ini adalah pemogokan pertama oleh para bintang film menentang produksi film dan TV sejak 1980, dan pemogokan terbesar di Amerika sejak 1997. [voa]

Share