Mind Set dan Pendekatan Pendidikan di Sespim Lemdiklat Polri

TRANSINDONESIA.co | Hakekat pendidikan itu mencerdaskan, mencerahkan, menyiapkan regenerasi, membangun yang semua itu adalah bagi sumberdaya manusia yang memiliki karakter (integritas, kompetensi, mentalitas dan keunggulan) bagi kemanusiaan, keteraturan sosial dan peradaban.

Tatkala dalam proses pendidikan sarat kepentingan maka akan banyak kekerasan simbolik yang merupakan kejahatan dalam pendidikan. Hasil didik akan lemah, penakut, mentalitasnya cengeng, sekedar memenuhi syarat administrasi, penuh trik dan intrik tipu daya dan kepura puraan dan akan menjadi jahat pula. Proses belajar mengajar bukan mendoktrin, tidak berbasis hafalan, juga bukan mengekor dan mentaati apa kata dan perintah guru ini bukan mencerahkan dan tidak mencerdaskan.

Apalagi bagi sekolah bagi pemimpin, pembelajaran yang sarat kekerasan simbolik akan menghasilkan pemimpin pemimpin jahat, munafik, bukan ahli melainkan sebatas lihai yang penuh akal akalan. Tentu saja merusak peradaban karena yang dikerjakan sebatas pokoknya tugas bukan tugas pokok.

Integritas merupakan pilar pendidikan berbasis moral sehingga hasil didik menjadi patriot bagi bangsa dan negara yang peka peduli dan berbelarasa bagi manusia yang merupakan aset utama bangsa.

Humanisme dalam proses pembelajaran di Sespim Lemdiklat Polri ( sespim ) berbasis pada Keutamaan Sespim:

1. Moralitas yang ditunjukan pada kejujuran, kebenaran dan keadilan
2. Pengendalian diri yang terlihat pada kesadaran, tanggungjawab dan disiplin
3. Kemanusiaan, keteraturan sosial dan peradaban
4. Profesionalisme, cerdas, bermoral dan modern
5. Menjadi ikon bagi : kebhikekaan, toleransi, anti korupsi, anti narkoba

Peserta didik tercerahkan oleh guru guru yang mampu:

1. Menjadi inspirator
2. Memotivasi
3. Memecahkan masalah
4. Menstimuli untuk kerja keras dan kerja cerdas
5. Mendorong peserta didik berani melakukan hal hal baru ( adanya novelty)
6. Membangun suatu dialog peradaban

Proses belajar mengajar tidak lagi terkungkung pada kelas ruang yang dibatasi tembok dan waktu. Belajar bisa dari apa saja di mana saja dengan siapa saja dan kapan saja. Hal mendasar proses belajar mengajar adalah cara berpikir berbasis konseptual teoritikal, studi kasus, proactive and problem solving. Tidak terjebak hal pragmatis dan penghafalan apalagi takut berpikir (mengandalkan out sourcing). Hal tersebut berdampak fatal menjadi lemah, lelah dan malas berpikir. Bisa dibayangkan tatkala orang bermental malas dan lemah serta lelah berpikir menjadi pemimpin yang memiliki kewenangan dan kekuasaan besar, tentu akan menjadi boneka, menjadi alat yang can not doing anything. Bisa dipastikan jahat dan kebijakannya tidak bijaksana.

Sespim berupaya membangun proses pembelajarannya melalui dialog peradaban. Proses pembelajaran bukan semata mata ujian melainkan perdebatan, dengan harapan para pemimpin di masa depan menjadi pemimpin tangguh. Yang memiliki karakter (integritas, komitmen, kompetensi dan keunggulan) yang dipercaya karena kebijakannya bijaksana.

Hal hal yang tabu dan harus terus menerus diminimalisir dalam proses pembelajaran antara lain:

1. Transaksional karena sekolah bukan pasar
2. Mental mental cengeng, penakut, munafik dan cari enaknya sendiri
3. Stratifikasi sosial yang menjadi gap antara guru dan peserta didik
4. Berbagai kekerasan simbolik dan kejahatan dalam pendidikan
5. Sikap apatis / masa bodoh terhadap lingkungan
6. Pembunuhan karakter dengan berbagai cara intimidasi
7. Perencanaan yang buruk dan menyimpang dari keutamaan pendidikan
8. Akuntabilitas palsu (pseudo)
9. Kelelahan, kelemahan dan kemalasan berpikir, dan berbagai pembodohan lainnya
10. Panduan atau pedoman pedoman yang menjadi pembenar dan pembekuan kreatifitas (captive mind)

Tatkala 10 point di atas masih dibiarkan menjadi spora yang merajalela ini sejatinya ” silent suicide” dan penghianatan kepada bangsa, negara, rakyat dan institusi.

Merubah mind set memang perju perjuangan berdarah darah, karena kaum mapan dan nyaman akan mati matian melawan dan menggagalkan, karena takut kehilang previlegenya. Dengan hadirnya AI (artificial intellegence) maka perubahan mind set dan pendekatan pembelajaran di Sespim harus dilakukan. Kalau tidak sekarang kapan lagi, kalau bukan kita siapa lagi. [Chrysnanda Dwilaksana]

Senja di Lembah Someah 100623

Share