Belajar dan Menjadi Pembelajar di Era Digital

TRANSINDONESIA.co | Oleh: Kasespim Lemdiklat Polri Irjen Prof. Chrysnanda Dwilaksana

“Belajar dan menjadi pembelajar merupakan moralitas untuk membangun hidup dan kehidupan yang lebih baik demi semakin manusiawinya manusia”

Belajar bisa dari mana saja, dari apa saja dan dari siapa saja bahkan di mana saja. Belajar tidak sebatas di ruang kelas yang berisi tembok tembok pembelenggu kemerdekaan berpikir atau guru guru yang menakut nakuti yang melemahkan sehingga tidak lagi menjadi pemberani. Tatkala belajar didoktrin dan dijejali berbagai hal tanpa memahami kemanfaatannya maka sebenarnya itu sekedar menghabiskan jam belar.

“non scolae set vitae discismus” belajar bukan untuk sekolah melainkan untuk hidup”.

Tori merupakan kampuan mengabstraksikan dalam menemukan hakekat atau inti akan sesuatu dengan menghubung hubungkan  antara konsep konsep yang merupakan prinsip prinsip yang mendasar dan berlaku umum untuk menjelaskan sesuatu fenomena. Teori tatkala memiliki kekuatan dan kesahihan, memiliki power dan menjadi ikon. Namun bukan disakralkal atau didewakan sehingga para orang hanya memghafal bahkan  membanggakan menggunakan teori ini itu seakan sebagai pemgecer teori dan lupa bahwa sejatinya tepri sebagai acuan atau kerangka berpikir akademisnya.

Teori merupakan suatu karya cipta penemunya bisa berdasar pengalamannya bisa juga dari hasil risetnya atau hasil dari konstruksi berpikirnya dengan menggunakan atau mengkritisi teori teori yang terdahulu. Teori dapat dipahami sebagai hakekat hubungan antara konsep konsep yang merupakan prinsip prinsip yang mendasar dan berlaku umum untuk menjelaskan atau menerangkan suatu fenomena. Berpikir teoritis merupakan berpikir yang abstrak atau imajinatif yang mampu mennemukan prinsip mendasar yang berlaku umum bukan pragmatis.

Teori bukan dihafal bukan sebatas dijejer jejer atau dipajang namun digunakan untuk menjelaskan apa makna di balik suatu gejala atau fakta. Tatkala tanpa kemampuan imajinasi maka teeori sebatas dihafal dan tidak akan dapat  mengurai dalam konstruksi/ kerangkanya atau dekonstruksinya.

Tatkala teori dihafalkan atau tidak dijadikan kerangka berpikir atau mengkonstruksi maka teori itu akan tumpul atau flat atau datar saja. Tidak akan mampu menjadi sarana menyelami kedalamam atau membongkar labirin atas suatu fenomena. Bahkan kadang malah membelenggu akibat dihafal atau semacam kewajiban saja. Tatkala menulis atau membuat kajian atas sesuatu apabila sudah menempel teori ini itu di mana mana seolah olah sudah benar.

Teori merupakan produk berpikir abstrak yang  merupakan prinsip prinsip yang mendasar dan berlaku umum semestinya digunakan sebagai pisau analisis atas fenomena atau sesuatu yang sedang dikaji. Dengan teori diharpakan mampu memahami makna di balik fenomena dengan sudut pandang atau pendekatan yang bervariasi untuk menemukan kebaruan. Berpikir teoritis ini selain mengabstraksikan juga memerlukan imajinasi dalam membuat konstruksi baru atas kajiannya. Tatkala teori mampu diurai dan digunakan sebagai konstruksi baru atau dimanfaatkan untuk mengurai dan membangun maka teori akan memerdekakan dan tidak membelenggu.

Era digital dan dampaknya pada pendidikan dan pengajaran secara virtual akan berdampak luas bagi pendidikan dan lembaga lembaganya. Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di era digital seakan digeser dengan cara cara virtual atau bisa belajar di mana saja. Apakah kehadiran AI (artifivial intilligence) dapat menjamin kualitas atau hasil didik sperti yang diharapkan? Tentu bisa, tatkala pola pendidikan dibangun atas dasar keutamaannya. Tatkala keutamaan tidak ditemukan dan dilakukan tambal sulam atau sebatas memenuhi target jam pelajaran sejatinya merusak peradaban.

Penyelenggaraan belajar mengajar pada lembaga pendidikkan, guru sebagai pilarnya namun bukan pemegang ilmu satu satunya. Sistem pengajaran melalui model dan konteks literasi sehingga secara virtual maupun aktual tetap mampu menstimuli para siswa atau siapa saja yang mengikutinya akan tercerahkan dan mampu merubah mind set nya. Pola pembelajarannya berubah dari aktual ke virtual dan membranding para siswa sehingga bukan sebatas apa bagaimana dan mengapa melainkan mampu membangun menjadi siapa.

Beberapa hal yang dapat dibangun atau setidaknya dapat diterapkan di masa transisi menghadapi perubahan besar kehadiran AI dapa lembaga pendidikan setidaknya melalui:

1. Membangun sistem literasi
2. Melakukan pembelajaran melalui dialog secara proaktif dan problem solving
3. Keutamaan ilmu yang dipelajari dijadikan core value dan standar keberhasilannya
4. Lembaga pendidikan mampu berwibawa dan menunjukkan kualitasnya dalam penyelenggaraan pendidikan atau proses belajar dengan baik dan benar
5. Para dosen atau Guru guru mampu mengikuti perubahan yang begitu cepat, memposisikan sebagai pilar lembaga pendidikan yang berkualitas dan memiliki kompetensi akademik serta mampu memotivasi mahasiswa  berani kreatif serta menjadi ikon kecerdasan atau keahlian
6. Fasilitas pendidikan membuat sistem back office, application berbasis AI dan net work berbasis IoT yang mampu memberikan dukungan pendidikan secara virtual dalam model literasi ada sistem dialog peradaban dan branding memanfaatkan media dan jejaringnya.
7. Para siswa atau peserta didik dimotivasi dan dilati belajar dengan cara berpikir kreatif inovatif problem solving dan visioner
8. Proses belajar mengajar yang berbasis pada :
a. keilmuan,
b. pemahamanan dan pengembangan teori dan konsep,
c. studi kasus ,
d. problem solving,  yang dikembangkan dalam pemikiran kebaruan sebagai pembaruan
9. Forum diskusi sebagai basis dialog peradaban bagi pengembangan ilmu pengetahuan
10. Penerbitan untuk menampung karya para dosen atau guru dan siswa /peserta secara elektronik atau cara konvensional
11. Jurnal ilmiah
12. Kerjasama dalam maupun luar negeri untuk kegiatan akademik : penelitian ilmiah, debat publik, bedah buku, bhakti masyarakat dll
13.  Ada ikatan alumni
14. Aktif dlm kegiatan2 forum akademis nasional maupun internasional bench mark seminar work shop dan studi nasional dan internasional
15. Ada publikasi pengajarannya ke media sehingga dapat dijadikan referensi dan literasi
16. Menjadi anggota forum atau asosiasi akademik nasional maupun internasional

Era digital, era media. Media seakan menguasai jalur jalur komunikasi dan informasi walau sarat distorsi, entah besar atau kecil. Distorsi ini yang dimanfaatkan  untuk berbagai kepentingan, pada umumnya yang berkaitan dengan sumber daya. Apalagi budaya dalam birokrasi masih kental model primordial dan pendekatan personal.

Distorsi ini juga terjadi pada pembelajaran di lembaga pendidikan. Apalagi “broker” merambah dan memanfaatkan “era post truth” untuk menggoreng, membully bahkan membranding yang keliru. Pembenaran pembenaran akan semakin kental bahkan mampu menggerus kebenaran.  Masalah kekuasaan dan penguasaan sumberdaya akan semakin marak dan proxy war menjadi pilihan.  Siapa berbuat apa hingga punya apa menjadi ajang saling serang.

Dunia virtual kini menjadi ruang yang memiliki warganet ( netizen). Mereka hidup dalam sistem sistem virtual dalam pendukung aktivitas aktual sehari harinya. Dalam sistem sistem pendukung menggantungkan applikasi yang berbasis pada AI dan Iot.

Warga net sibuk atau disibukan berbagai aktifitas dalam dunia virtual. Smart phone/gadget seakan tidak boleh lepas dari kehidupannya dari bangun tidur hingga saat akan tidur. Era digital menggeser banyak kebiasaan lama memasuki tataran baru.

Di dalam pendidikanpun dunia virtual mulai merambah. Lagi lagi isu primordialisme masih kuat dan rasionalisme  dikalahkan. Pendekatan personal dijembatani makelar  broker atau vendor yang mampu membahagiakan ndoro ndoro. Mereka memanfaatkan peluang mediasi.

Di era digital para broker akan memanfaatkan melalui netizen membangun buzer, membangun jejaring dan memanfaatkan data maupun fakta untuk pembenaran. Siapa yang dianggap menjadi penghalangvatau duri dalam daging akan dilumat.
Isu yang ditabur memang menarik bahkan seakan penuh pencerahan walau faktanya penyesatan.

Keutamaan bagi lembaga pendidikan ini menjadi penting dan untuk apa hasil didiknya digunakan dalam hidup dan kehidupan yang sejatinya juga bagi pembangunan dan pemeliharaan peradaban.

Peradaban di era digital akan ditandai dengan sistem yang  berbasis teknologi. Seni budaya merupakan suatu tanda olah rasa bagi persemaian tumbuh berkembangnya suatu peradaban, muncul digital art yang mampu menembus ruang waktu seolah melibas segala sesuatu yang tersekat ruang dan waktu. Apa saja bisa diperoleh dengan cepat dan berada di genggaman tangan. Kekuatan iinternet of thing dengan artificial intellegence seolah meruntuhkan gaya lama yang tradisional manual dan parsial.

Tatkala lembaga pendidikan masih ala feodal dan dilakukan pola parsial konvensional tentu akan dilibas. Proses pembelajaran dan hasil didik tidak akan mampu mendobrak atau menghasilkan sesuatu yang bisa dikatakan kontemporer atau kekinian.

Timbul pertanyaan bagaimana pembelajaran dan memfungsikan lembaga pendidikan agar terus mampu bertahan hidup tumbuh dan berkembang di era digital? Lembaga pendidikan dengan pembelajarsnnya mau tidak mau dibongkar dari zona nyamannya sebagai suatu solusi sosial agar mampu menjadi ikon peradaban dsn mendapatkan tempat dalam kehidupan sosial.

Tatkala kehidupan  sosial sebagian beralih ke balik layar dan kebersamaan beralih dalam tata kehidupan virtual maka segala sesuatu yang hard diganti yang soft, tidak sebatas yang tangible tetapi juga yang untangible.

Dalam tata kelola politik sosial budaya kemasyarakatan yang waras maka lembaga pendidikan akan mendapat ruang yang layak untuk menjadi persemaiannya agar terus hidup tumbuh dan berkembang.

Tatkala lembaga pendidikan dan proses pembelajarannya terabaikan atau dalam tekanan atau pendiskriminasian apalagi dikerjakan sebatas tambal sulam yamg administratif saja, maka dapat dikatakan rontoknya suatu peradaban dan hancurnya suatu kedaulatan bangsa.

Segala sesuatu yang kintra produktif meraja lela, keutamaan tidak ditemukan kebendaan menjadi yang utama jiwa dan kemanusiaan akan dinomorsekiankan atau malah dibelenggu diperdaya bagai robot semata. **

Lembah Someah Maribaya 110523

Share