Klangenan: Polisi, Panggilan dan Jalan Hidup

TRANSINDONESIA.co | Oleh: Irjen. Prof. Chrysnanda Dwilaksana

Menjadi polisi bukan sebatas profesi tetapi sejatinya merupakan suatu panggilan dan jalan hidup (klangenan). Klangenan dalam bahasa indonesia memiliki banyak makna. Dari: kecintaan atas dasar ketulusan hati, kesukaan yang menjadi hobi atau juga sesuatu yang sangat dikasihi yang menjadi penghibur dan senantiasa dirindukan.

Klangenan secara umum dalam konteks polisi dapat dimaknai keberadaannya menjadi harapan atau dinanti nanti kehadirannya. Mengapa bisa demikian? Tatkala menjadi polisi dasarnya spirit keutamaan pemolisiannya berbasis pada : kemanusiaan, keteraturan sosial dan peradaban. Yang dilakukan karena adanya kesadaran, kecintaan, dan kebanggaan dengan ketulusan hati yang membawa manfaat bagi keamanan dan rasa aman bagi warga masyarakat.

Dampaknya kualitas hidup masyarakat akan meningkat. Keberadaan polisi di dalam masyarakat membawa manfaat maka keberadaanya dirindukan untuk menjadi pelipur lara. Keberadaannya aman, menyenangkan dan membawa manfaat bagi masyarakat.

Klangenan, biasanya diberikan untuk sesuatu yang menjadi bagian dari kehidupannya sehari hari. Dalam konteks polisi dan pemolisian keberadaannya diterima dan didukung oleh masyarakat yang dilayaninya. Tatkala polisi dan pemolisiannya dengan berbasis dan menjadi “klangenan” maka akan berjalan dengan kesadaran tanggung jawab dan disiplin pada keutamaannya akan terus tumbuh dan berkembang.

Klangenan mendasari hati, pikiran, perkataan dan perbuatan yang menyadarkan bahwa menjadi polisi dan dalam pemolisiannya adalah sebagai:

1. Penjaga Kehidupan
2. Pembangun Peradaban
3. Pejuang Kemanusiaan

Sejalan dengan pemikiran di atas polisi dan pemolisiannya merupakan suatu kebutuhan bagi hidup tumbuh dan berkembangnya masyarakat dengan terjaminnya keamanan dan rasa aman sehingga produktifitasnya mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Pemolisian dan mencapai tujuan bagi kemanusiaan, keteraturan sosial dan peradaban merupakan dialog peradaban berbasis pada rasa dalam jiwa akan memberikan suatu pencerahan atau setidaknya pelepasan kepenatan atas hidup dan kehidupan.

Trans Global

Gerindra Tolak Revisi UU KPK

KPK Sudah 11 Kali Panggil Setnov

Profesor Satjipto Rahardjo mengatakan bahwa polisi adalah ” kumpulan orang baik” dalam pemolisiannya dilakukan dengan O2H ( otak otot dan hati nurani ). Pemolisian dalam implementasinya merupakan seni dan berbasis pada corak masyarakat dan kebudayaannya. Olah rasa dalam pemolisian akan mengasah rasa budi dan bahasa dalam mewujudkan dan. Seni menjadi jembatan hati dan memelihara keteraturan sosial, berbagai konflik diselesaikan secara proaktif dan problem solving dalam masyarakat yang beradab.

Hukum merupakan ikon peradaban untuk menyelesaikan konflik secara beradab. Di dalam pemolisian dengan atau tanpa upaya paksa agar tetap berjalan pada rel atau koridor keutamaannya, memerlukan adanya nutrisi jiwa dan hati untuk dapat tumbuh dan berkembang secara dinamis menghadapi perubahan yang begitu cepat.

Menjadikan polisi dan pemolisian menjadi ” klangenan” bagi para petugas kepolisian, fungsi kepolisian dan institusi kepolisian dibangun dalam lembaga pendidikan yang berbasis moralitas melalui dialog peradaban. Walaupun dibera digital dan hadirnya AI maka keberadaan polisi tidak terggeser karena mesin atau robot adalah cara yang mendukung polisi dan pemolisiannya bukan tujuannya. Di sinilah keutamaan polisi merupakan refleksi atas kemanusiaan, keteraturan sosial dan peradaban.

Lembaga pendidikan menjadi dasar untuk menggeser berbagai model kewajiban menjadi kebutuhan yang melahirkan  adanya kesadaran, kecintaan dan kebanggaan. Tatkala diimplementasikan dalam pemolisiannya, keberadaannya membawa manfaat, memberikan jaminan keamanan dan rasa aman dan menyenangkan  sehingga ada rasa rindu warga masyarakat. Kerinduan tanda cinta, yang merupakan jalan untuk tumbuh dan berkembang. Penyesuaian atas perkembangan jamanpun akan membuat fun. Kelompok di zona nyaman seringkali terlalu kuat mempertahankan keamanan dan kenyamanannya sehingga sulit bahkan enggan dan takut untuk berubah. Pemolisian itu seni ( art policing) fun, happy dan membuat jiwa segar tercerahkan hati gembira jiwa merdeka.

Dialog peradaban dalam pemolisian bukan semata mata top down melainkan juga dibangun secara bottom up, kesadaran, tanggung jawab dan disiplin menumbuhkan budaya malu.

Klangenan bukan paksaan namun dari dalam diri manusianya untuk ada rasa suka dan berani mencoba. Tatkala ada rasa cinta maka  kebutuhan menjadi kerinduan sebagai daya ungkit yang membangkitkan spirit berjalan pada keutamaanya. Klangenan menjadi dasar sekaligus pilar dalam membangun bangsa beradab, yang mampu berdaulat, berdaya tahan, berdaya tangkal dan berdaya saing. Tatkala polisi peka peduli dan berbela rasa pada kemanusiaan maka dalam mewujudkan dan memeilhara keteraturan sosial menghormati manusia dsn kemanusiannya dan menunjukkan semakin manusiawinya manusia.**

Lembah Someah 070523

Share