Preman dan Premanisme: Benalu Kehidupan Sosial?

TRANSINDONESIA.co | Oleh: Chrysnanda Dwilaksana

Preman dapat dipahami seseorang atau sekelompok orang yang menikmati hasil dengan memeras atau membuat orang lain ketakutan sehingga mau tidak mau mengikuti keinginannya. Biasanya berpenampilan seolah jagoan jalanan yang melakukan ancaman kekerasan maupun kekerassn secara langsung atau menjadi kepanjangan tangan untuk melakukan hal ilegal atau menjadi backing, menjadi dept collector, yang ujung ujungnya juga pemerasan dsn penyuapan. Cara yang dilakukan preman dari mempersulit mengancam menganggu hingga merusak dengan cara
kekerasan psikis maupun  fisik. Para preman ini melakukan aksinya kepada kaum yang dianggap memiliki potensi produktifitas dan tidak memiliki kekuatan sosial atau kemampuan melawan secara fisik maupun sosial. Biasanya kaum minoritas yang paling sering dijadikan sasaran para preman. Para preman ini tidak hanya berdiri sendiri hal ini biasanya berkaitan dengan power yang secara bertingkat sesuai tingkatan kekuasaannya. Para preman  memiliki wilayah kekuasaan yang dijadikan arena pemalakannya, dan ada dengan kategori atau kelompok tertentu juga yang menjadi sasaran pemalakannya.

Preman berkembang menjadi premanisme tatkala ada kekuatan yang terorganisir atau tersistematisir untuk membuat orang lain terpaksa atau tidak punya pilihan lain kecuali mengikuti apa yang menjadi kemauannya walaupun tahu cara cara itu tidak legal atau melanggar hukum. Setiap potensi sumber daya akan menjadi sumber bagi munculnya preman dan premanisme. Semakin besar sumber dayanya maka akan semakin luas dan semakin menggurita premanismenya. Secara non formal premanisme ini secara bertingkat tingkat lapis kemampuannya maupun wilayah pemalakannya. Semakin besar model premanisme ini semakin tertata dan terorganisir dengan cara cara yang didukung teknologi dan diawakki para profesional dengan memiliki keahlian bahkan mungkin saja berkaitan dengan aparat yang memiliki kewenangan untuk memberikan pelayanan kepada publik.

Preman dan premanisme akan ada tumbuh dan berkembang tatkala hukum tebang pilih. Para aparaturnya masuk angin dan terbeli orientasinya bukan kerja tetapi bagaimana untuk menjadikan  profesinya menjafi pasar, atau setidaknya ada barter atas pelayanannya. “Wani piro oleh piro” secara singkat dapat dianalogikan tawar menawar. Mengapa terjadi demikian? Karena core valuenya bukan pada yang ideal ayau yang aktual berbeda bahkan bertentangan dengan yang ideal. Pendekatan birokrasinya bukan pada kompetensi melainkan pada pendekatan personal. Model patrimonial, asal ndoro senang melalui pendekatan personal. Pikat,dekat, sikat minggat. Kira kira begitulah spirit yang menjadikan adanya job basah dan kering.

Preman dan premanisme pasti merupakan benalu bagi kehidupan sosial karena kontraproduktif yang berdampak aman tanpa rasa aman. Para kaum mapan dan nyaman sadar atau tidak sebagai pemegang amanahbatas kekuasaan dan kewenangan dijadikan mitra kerja atau bahkan” god father”. Mereka kebagian sebagai pelindung atau pengatur bagi mereka. Hal tersebut dapat dianalogikan sebagai naga yang tiada tandingnya. Jangankan melawan, barang siapa berani ngrasani atau berseberangan atau dianggap melawan dang menghalang halangi, mereka bisa dibunuh hidup dan kehidupannya, bahkan bukan sebatas dirinya melainkan juga keluarganya. Preman seakan berjualan jasa namun penuh kepura puraan karena memaksa dan membuat orang terpaksa. Keamanan tanpa rasa aman menunjukan produksi  preman dengan premanismenya. Keamanan tanpa rasa aman merupakan hal yang kontra produktif dan menjadi benalu bagi hidup dan kehidupan sosial.

Keamanan dengan rasa aman yang anti premanisme dapat dibangun dengan adanya :
1. Kemitraan dan sinergitas antar pemangku kepentingan
2. Mengedepankan dialog dalam menyelesaikan konflik
3. Mengutamakan tindakan pencegahan
4. Memahami kebututuhan keamanan dan rasa aman warga masyarakat yang dilayaninya
5. Berbasis supremasi hukum
6. Memberikan jaminan dan perlindungan HAM
7. Transparan dan akuntabel
8. Edukatif dan persuasif mencerdaskan kehidupan bangsa
9. Pendekatannya pada keutamaan polisi dan pemolisiannya yaitu pada : kemanusiaan, keteraturan sosial dan peradaban
10. Gerakan moral dan gerakan sosial dilakukan secara proaktif dan problem solving

Rukun dan anti premanisme
Rukun merupakan suatu kesadaran, kepercayaan, dan tanggung jawab kebenaran, keadilan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Konteks rukun dapat juga dikaitkan dengan produktifitas, pengelolaan dan pendistribusian sumber daya. Rukun menjadi perekat dalam kehidupan sosial untuk menanggulangi premanisme.

Membangun masyarakat yang sadar seni budaya dan pariwisata ( mas darwis) dapat menjadi model untuk mengimplementasikan konsep rukun yang anti premanisme. Membangun Masdarwis banyak hal yang bisa dikembangkan terutama untuk menangkal premanisme terutama yang berkaitan dengan keamanan, parkir, tata kelola pemanfaatan lahan, perijinan, kebersihan dsb. Tatkala penguasaan dan pengelolaan ala premanisme masih meraja lela maka masdarwis akan jalan ditempat bahkan mati kekeringan.

Membangun masdarwis konsep utamanya rukun. Tatkala warga solid dan rukun maka akan lebih rasional dan mampu bergerak dan bekerja dalam bentuk keramahtamahan. Terbangun budaya malu untuk tidak membuat kecewa atau dilabel buruk. Menjaga nama baik dan terus berusaha meningkatkan kualitas pelayanan. Penyelesaian masalahpun dipilih dengan cara yang beradab, karena sadar akan potensi wilayahnya. Tatkala tidak aman, tidak nyaman, tidak asri danbtidak ngangeni maka para tamu enggan datang kembali. Kesadaran inilah yang dilandasi rukun untuk mewujudkan dan merawat keteraturan sosial. Aman, nyaman, asri dan ngangeni merupakan bagian dari sumber daya  keunggulan dan kebanggaan mereka.

Masdarwis selain menghidupi juga mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. bagi semakin manusiawinya manusia. Masdarwis hidup dan memberi kehidupan, rukun, memberdayakan, menginspirasi dan bahkan memberi solusi. Mas darwis mampu menjaga dan menumbuhkembangkan cinta kebangsaan bahkan hingga berwirausaha.**

Fajar Lebaran ke dua 230423

Share