Kekerasan akan Menghasilkan Kejahatan?
TRANSINDONESIA.co | Dampak dari kekerasan, kontraproduktif yang setidaknya dapat dikategorikan:
1. Kejahatan
2. Sikap masa bodoh
3. Penakut
4. Trauma panjang
/Kerusakan mental spiritual
5. Pendendam
6. Arogan
7. Tamak
8. Amarah
9. Memaksakan kehendak, mau menang sendiri
10. Pembodohan
Mungkin masih banyak lagi yang bisa dikategorikan dampak dari kekerasan. Kekerasan fisik nampak jelas, kekerasan non fisik kadang tidak nampak namun berdampak luas.
Parahnya, lagi dilakukan namun tanpa merasa bersalah, karena sudah dibiasakan atau terbiasa dilakukan. Tanpa rasa malu dan bahkan bisa dibangga banggakan.
Semua itu dimulai dari niat. Teori klasik menyebutkan:
N + K = Kejahatan/Pelanggaran
N = Niat
K = Kesempatan
Membongkar niat sangat sulit dan memerlukan suatu proses panjang untuk mengatasinya. Mulai dari edukasi, latihan mental spiritual hingga membiasakan. Yang dapat dilakukan untuk setidaknya mengurangi atau meminimalisir dampak dari kekerasan adalah meminimalisir kesempatan sekecil mungkin. Antara lain dengan:
1. Menanamkan Keutamaan
2. Membangun sistem elektronik
3. Rekam jejak digital
4. Menerapkan merit system dengan akuntabilitasnya
5. Kepemimpinan
6. Keteladanan
7. Budaya malu
8. Sistem reward and punishmen
9. Menumbuhkembangkan iman dan taqwa serta spirtual, seni budaya, olah raga
10. Melatih untuk peka peduli dan berbela rasa akan kemanusiaan maupun lingkungan.
Bagi lembaga pendidikan bagi kepolisian maka kekerasan : fisik, administrasi, sosial, simbolik dsb diminimalisir sekecil mungkin. Tatkala lembaga pendidikan penuh dengan kekerasan maka akan berdampak pada hasil didik yang tidak profesional, tidak cerdas, tidak bermoral dan tidak modern.
Kejahatan merajalela yang bahkan menjadi crime in organization. Core value nya antara yang ideal dengan yang aktual, berbeda bahkan bertentangan dengan yang ideal.
Proses belajar mengajar dalam lembaga pendidikan kepolisian adalah melalui: “dialog peradaban”. Ini untuk memanusiakan manusia atau semakin manusia, mengangkat harkat martabat manusia.
Keutamaan polisi dalam pemolisiannya adalah bagi:
1. Kemanusiaan
2. Keteraturan sosial
3. Peradaban
Pendidikan kepolisian sejatinya pendidikan moral, yang mencerahkan agar para peserta didiknya mampu menjadi penjaga kehidupan, pembangun peradaban dan pejuang kemanusiaan.
Ranking nilai bisa jadi merusak keutamaan. Karena lembaga pendidikan seolah menjadi pasar yang ditunjukan adanya:
1. Transaksional : jual beli nilai, seakan semua harus ada imbalannya. Wani Piro oleh Piro.
2. Mati matian mengejar rangking atau peringkat karena akan berdampak pada penempatan setelah selesai pendidikan. Cara cara curang licik dibenarkan bahkan dibangga banggakan.
3. Para guru seakan dewa penentu yang penuh dengan kesakralan walau tidak mampu membantu mencerdaskan tetapi bisa menjatuhkan.
4. Premanisme dengan adanya penyuapan hingga pemerasan.
5. Pembulian, yang lemah dan kurang mampu disalah salahkan bahkan dipojokan dikucilkan.
6. Penggunaan kekerasan simbolik dengan kata kata bersayap yang multi tafsir.
7. Apa yang diberikan harus diterima sebagai rasa syukur walau sudah diperas atau diperlakukan tidak adil. Terjadinya pokok e sehingga hanya top down dan under presure.
8. Penuh dengan kepura puraan (pseudo).
9. Pendangkalan logika hingga pendunguan.
10. Suasana sekolah sama sekali jauh dari : aura kecerdasan, aura moralitas, aura kebijaksanaan.
Tatkala hal tersebut di atas disampaikan secara kualitatif akan kelihatan dari: ungkapan, perasaan, interpretasi, pemikiran, perkataan maupun perbuatan. Kebenaran bukan pada fenomena. Seringkali kita melihat: “para pelaku akan marah marah, menunjukkan kesucian dan kebenarannya bahkan minta dibuktikan. Mereka itu sejatinya sedang pamer ketololannya dia tersengat “kentut” walau ada udara segar yang masih banyak.
Namun karena merasa sebagai pelaku dan ingin menunjukan dirinya suci, baik dan benar, ia memilih menghirup dalam dalam kentut tadi sambil berteriak ke sana kemari seakan dia dizolimi, dia membela kebenaran dan keadilan”.
Memang banyak sekali yang “lali ora kathok an” sehingga naik panggung bermodal K3T. Silakan buat sendiri kepanjangannya karena ini multi tafsir.**
Oleh: Chrysnanda Dwilaksana
Fajar Tegal Parang 130323