Uni Eropa Jadi Tuan Pumah Penggalangan Dana untuk Turki dan Suriah

TRANSINDONESIA.co | Uni Eropa dan mitra-mitra internasionalnya berkumpul di Brussels, Senin (20/3), dalam usaha menggalang dana untuk Turki dan Suriah setelah gempa bumi yang menghancurkan sebagian wilayah kedua negara itu bulan lalu.

Gempa berkekuatan 7,8 Skala Richter pada 6 Februari menewaskan lebih dari 52.000 orang, sebagian besar di Turki. Lebih dari 200.000 bangunan di Turki runtuh atau rusak parah.

Komite Penyelamatan Internasional, sebuah kelompok bantuan yang menanggapi krisis kemanusiaan, mengatakan situasi di kawasan itu tetap kritis dan mendesak para donor untuk memastikan bahwa seruan PBB untuk Turki dan Suriah, yang masing-masing menyerukan $1 miliar dan $397 juta didanai sepenuhnya.

“Orang-orang yang terdampak gempa dahsyat ini mengandalkan pertemuan di Brussels akan mendorong para donor untuk meningkatkan upaya mereka minggu ini,” kata Tanya Evans, Direktur IRC di Suriah.

“Mereka perlu memastikan bahwa dana tersedia untuk barang-barang penyelamat hidup termasuk makanan, tempat berlindung, pakaian hangat dan air bersih, serta dukungan untuk sistem perawatan kesehatan yang sudah lemah termasuk penyediaan obat-obatan dan peralatan medis. Jika mereka gagal melakukannya, orang-orang yang paling rentan akan merasakan akibatnya,” katanya.

Para penyintas gempa di barat laut Suriah yang dikuasai pemberontak menerima sangat sedikit bantuan karena perpecahan mendalam yang diperburuk oleh perang 12 tahun di negara itu. Uni Eropa mengatakan 15,3 juta warga dari 21,3 juta populasi Suriah sudah membutuhkan bantuan kemanusiaan sebelum gempa terjadi.

Blok tersebut telah memberikan bantuan kemanusiaan ke Suriah sejak 2011 dan ingin meningkatkannya. Tetapi blok tersebut tidak bermaksud untuk membantu rekonstruksi di negara yang dilanda perang itu. Sanksi-sanksi Uni Eropa terhadap rezim Presiden Bashar Assad di Suriah masih diberlakukan karena tindakan keras yang terus dilakukan terhadap warga sipil.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tidak akan melakukan perjalanan ke Brussesls tetapi akan berpidato di konferensi yang diselenggarakan oleh Komisi Eropa dan Swedia, yang memegang jabatan presiden bergilir Uni Eropa. Pertemuan satu hari tersebut juga akan diikuti oleh LSM-LSM, anggota-anggota G-20 dan PBB serta lembaga-lembaga keuangan internasional.

Selain bantuan kemanusiaan, Turki juga diperkirakan akan diberi campuran hibah dan pinjaman baik untuk membantu kebutuhan jangka pendek maupun untuk kebutuhan negara itu membangun kembali dalam jangka panjang. [voa]

Share