Australia: Kapal Selam Nuklir Dibutuhkan untuk Kesiagaan Hadapi Militerisasi

TRANSINDONESIA.co | Menteri Pertahanan Australia, Selasa (14/3), mengatakan kesepakatan untuk membeli kapal selam serbu bertenaga nuklir dari Amerika Serikat diperlukan untuk melawan peningkatan kekuatan militer konvensional terbesar di wilayah tersebut sejak Perang Dunia II.

Sejumlah pejabat Australia mengatakan kesepakatan itu akan menelan biaya hingga $245 miliar selama tiga dekade ke depan dan menciptakan 20.000 pekerjaan. Itu terjadi pada saat China dengan cepat membangun militernya sendiri.

Menteri Pertahanan Australia Richard Marles mengatakan pihaknya telah melakukan upaya diplomatik besar-besaran selama berbulan-bulan menjelang pengumuman kesepakatan itu pada Senin, termasuk melakukan lebih dari 60 pembicaraan telepon dengan para pemimpin regional dan dunia. Australia bahkan juga berencana memberi penjelasan serupa kepada China, katanya.

“Kami menawarkan diri untuk memberi penjelasan pada China. Sejauh ini kami belum melakukannya,” kata Marles.

Ditanya oleh wartawan apakah China telah menolak penjelasan itu atau menanggapi, Marles menjawab: “Saya belum mendapat tanggapan.”

Tanpa secara khusus menyebut China, Marles mengatakan Australia perlu menanggapi pembangunan militer di Pasifik.

“Kegagalan untuk melakukannya akan membuat kita dikutuk oleh sejarah,” katanya.

China mengatakan kesepakatan itu menimbulkan risiko proliferasi nuklir yang serius dan membangkitkan perlombaan senjata.

“Kami mendesak AS, Inggris, dan Australia untuk meninggalkan mentalitas Perang Dingin dan permainan zero-sum (kalah-menang), dengan setia memenuhi kewajiban internasional mereka dan berbuat lebih banyak untuk berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas kawasan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning dalam pengarahan harian pada Kamis lalu.

Marles mengatakan Australia bermaksud untuk meningkatkan kemampuan militernya dan membelanjakan lebih banyak untuk pertahanan di masa depan, sesuatu yang ingin dilakukan negara itu secara transparan.

“Anda tahu, kekhawatiran kami tentang penumpukan militer lainnya adalah bahwa hal itu terjadi dengan cara yang tidak jelas, sehingga negara-negara tetangga merasa tidak nyaman mengapa hal itu terjadi,” katanya. “Itulah sebabnya kami melakukan upaya sedemikian rupa untuk memperjelas mengapa kami mengambil langkah-langkah ini.”

Presiden AS Joe Biden mengumumkan kesepakatan itu di San Diego bersama dengan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak. Albanese mengatakan perjanjian itu “mewakili investasi tunggal terbesar dalam kemampuan pertahanan Australia sepanjang sejarah kita.”

Australia membeli tiga, dan mungkin hingga lima, kapal kelas Virginia sebagai bagian dari kesepakatan itu. Di bawah apa yang disebut kemitraan AUKUS, generasi kapal selam masa depan akan dibangun di Inggris dan Australia dengan teknologi dan dukungan AS.

Australia memperkirakan kesepakatan itu akan menelan biaya antara Aust$268 miliar dan Aus$368 miliar atau sekitar $178-245 miliar.

Biden menekankan kapal-kapal itu tidak akan membawa senjata nuklir apapun. Albanese mengatakan ia tidak berpikir bahwa kesepakatan itu akan memperburuk hubungan negaranya dengan China, yang menurutnya membaik dalam beberapa bulan terakhir. [voa]

Share