Dentsu dan 5 Perusahaan Lain Didakwa dalam Skandal Olimpiade Tokyo

TRANSINDONESIA.co | Skandal persekongkolan tender Olimpiade Tokyo melebar Selasa (28/2) dengan raksasa periklanan Jepang Dentsu dan lima perusahaan lain dituntut oleh jaksa wilayah Tokyo.

Sejumlah eksekutif atau pejabat tingkat manajemen di masing-masing perusahaan yang dituduh, dan seorang pejabat panitia penyelenggara Olimpiade Tokyo, didakwa melanggar undang-undang antimonopoli. Hingga saat ini tanggal penyelenggaraan pengadilan mereka belum ditetapkan.

Tuduhan berpusat pada perusahaan dan individu yang secara ilegal berkolusi dalam menetapkan kontrak untuk Olimpiade, dan pertandingan-pertandingan uji coba yang dilangsungkan sebelum Olimpiade, menurut jaksa penuntut.

Di antara perusahaan yang menghadapi dakwaan adalah Dentsu Group, Hakuhodo, Tokyu Agency, dan Cerespo. Semua berurusan dengan pengorganisasian acara, promosi olahraga atau pemasaran.

Yasuo Mori, pejabat senior Olimpiade, dan Koji Henmi, yang mengepalai divisi olahraga di Dentsu, termasuk di antara tujuh orang yang didakwa. Baik Mori maupun Henmi ditangkap awal bulan ini.

Dentsu adalah kekuatan kunci dalam keberhasilan Tokyo pada 2013 dalam merebut peluang menjadi tuan rumah Olimpiade pada 2020. Jaksa Prancis telah menyelidiki tuduhan bahwa anggota Komite Olimpiade Internasional (IOC) mungkin telah disuap untuk memilih Tokyo.

Setelah Olimpiade dipastikan berlangsung di Tokyo, Dentsu menjadi kepala bagian pemasaran Olimpiade dan mengumpulkan rekor sponsor lokal sebesar $3,3 miliar. Jumlah itu setidaknya dua kali lebih besar dari Olimpiade sebelumnya.

Penyelenggara Tokyo mengatakan mereka menghabiskan $13 miliar untuk menyelenggarakan Olimpiade 2020, yang tertunda setahun karena pandemi COVID-19. Namun, audit pemerintah menunjukkan bahwa pengeluaran itu mungkin dua kali lipat. Sedikitnya 60 persen adalah uang publik.

Skandal Tokyo telah memperburuk peluang kota Sapporo di Jepang utara untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2030. Kota itu pada awalnya difavoritkan. IOC baru-baru ini melirik Stockholm, Swedia, sebagai kandidat potensial.

Jaksa juga telah menyelidiki skandal suap terpisah yang berpusat pada Haruyuki Takahashi, mantan eksekutif Dentsu.

Takahashi adalah anggota panitia penyelenggara Olimpiade dan memiliki pengaruh yang luar biasa atas bisnis Olimpiade. [voa]

Share