Menlu AS Kecam FIFA karena Ancam Pemain yang Kenakan Gelang Pelangi

TRANSINDONESIA.co | Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken hari Selasa (22/11) mengecam keputusan FIFA yang mengancam akan memberikan kartu kuning – tanda peringatan – terhadap pemain mana pun di ajang Piala Dunia yang mengenakan gelang di lengan atas atau ban lengan (armband) guna mendukung sikap inklusif dan keragaman.

Dalam konferensi pers bersama mitranya, Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, Blinken mengatakan, “Selalu memprihatinkan ketika melihat adanya pembatasan kebebasan berekspresi… terutama ketika ekspresi itu demi keragaman dan sikap inklusif.”

Berbicara di Diplomatic Club di Doha, Blinken menambahkan, “Menurut penilaian saya, setidaknya, tidak ada satu orang pun di lapangan sepak bola yang boleh dipaksa untuk memilih antara mendukung nilai-nilai ini atau bermain untuk tim mereka.”

FIFA belum menanggapi permohonan komentar atas pernyataan Blinken itu.

Hanya beberapa jam sebelum para pemain pertama yang mengenakan ban lengan untuk mendukung kampanye “One Love” turun ke lapangan pada hari Senin (21/11), FIFA memperingatkan bahwa mereka akan langsung diganjar kartu kuning. Sebagai informasi, ketika seorang pemain menerima dua kartu kuning, ia akan dikeluarkan dari pertandingan tersebut dan yang berikutnya.

Pada akhirnya, tidak ada pemain yang mengenakan ban lengan untuk mendukung kampanye “One Love” saat turun ke lapangan pada hari Senin (21/11), meskipun tujuh tim Eropa sempat mengatakan berencana mengenakannya menjelang turnamen.

Harry Kane dari Inggris mengenakan ban lengan dengan pesan “Tidak Boleh Ada Diskriminasi” yang disetujui FIFA dan ditawarkan sebagai kompromi dalam pertandingan melawan Iran.

Blinken tiba di Qatar hari Senin untuk menengok program sepak bola remaja yang terkait Piala Dunia. Ia kemudian menonton pertandingan tim Amerika melawan Wales Senin malam.

Meskipun mengecam FIFA secara terbuka, Blinken menggunakan nada yang lebih terukur saat berbicara dengan mitranya dari Qatar.

Menjelang pembukaan Piala Dunia hari Minggu lalu, negara kaya energi di Timur Tengah itu dikritisi karena perlakuannya terhadap para pekerja migran dan langkah mengkriminalisasi lesbian dan gay.

“Dalam beberapa tahun terakhir ini Qatar telah membuat langkah berarti pada undang-undang perburuhannya, untuk memperluas hak-hak pekerja,” ujar Blinken seraya menambahkan “masih ada hal-hal yang harus diperbaiki dan Amerika akan terus bekerja bersama Qatar untuk memperkuat hak-hak buruh dan hak asasi manusia, bahkan setelah berakhirnya Piala Dunia.” [voa]

Share