NATO: Membela Ukraina Adalah Membela Demokrasi
TRANSINDONESIA.co | Sekjen NATO Jens Stoltenberg meminta para anggota NATO untuk meningkatkan dukungan militer untuk Ukraina, untuk memastikan hasil terbaik bagi negara itu sebagai “negara yang berdaulat, independen dan demokratis di Eropa.”
“Kita harus menyadari bahwa perang ini, kemungkinan besar, akan berakhir pada satu titik di meja perundingan. Tapi kita juga tahu bahwa hasil dari perundingan itu sangat bergantung pada kekuatan di medan perang,” kata Stoltenberg dalam pertemuan Majelis Parlementer NATO di Madrid pada Senin (21/11).
Ia mengatakan aliansi itu harus menginvestasikan lebih banyak dana ke pertahanan Ukraina.
“Kita harus ingat bahwa harga yang kita bayarkan diukur dengan uang; dan harga yang Ukraina bayar diukur dengan nyawa, darah, setiap hari, dan sudah jadi kewajiban kita untuk mendukung mereka,” ujarnya.
Ia mengatakan bahwa membela Ukraina adalah membela demokrasi. “Apabila kita biarkan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menang,” katanya, “kita semua harus membayar harga yang lebih mahal lagi. Rezim otoriter di seluruh dunia akan mempelajari bahwa mereka bisa mendapatkan apa saja yang mereka inginkan dengan kasar.”
Stoltenberg mengatakan bahwa pada akhir tahun, NATO akan telah menghabiskan 350 miliar dolar lebih banyak untuk pertahanan sejak 2014. NATO, katanya, harus memperkuat infrastruktur militernya di Eropa dan memfinalisasi masuknya Finlandia dan Swedia ke dalam aliansi itu. [voa]