Bangkai Jahiliyah
TRANSINDONESIA.co | Apa inti dari dakwah? Apa inti dari Al-Qur’an? Apa Inti dari Islam? Bisa jadi banyak sekali jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini, tapi bagi saya hanya satu jawaban.
Perubahan, Itu jawabannya. Maka sudah seharusnya tiap da’i memahami, bahwa saat mereka berdakwah menyampaikan Islam, yang diharap adalah perubahan.
Karena itulah, dakwah itu mengajak bukan mengejek. Sebab mengajak itu mengaktifkan pikir dan rasa, bukan malah merendahkannya, bukan menyakiti.
Anggaplah kita pintar, lengkap dengan dalil, tapi apabila lisan kita sudah dibenci, kehadiran kita sudah membuat mual, maka apapun yang kita sampaikan, pastinya tertolak.
Sebab Rasulullah itu menyenangkan, keren, ngangenin. Kehadirannya tak bisa ditolak walaupun kafir Quraisy saat itu membenci apa yang dia dakwahkan.
Itulah dakwah kita, kepada siapapun. Baik kepada teman, orangtua, penguasa, siapapun. Kita sampaikan dengan sebaik yang kita mampu, selembut yang kita bisam
Khusus bagi penguasa, tentu banyak dalil bagaimana cara menyampaikan dakwah bagi mereka, dengan penuh kasih, lemah lembut, dan tak ada caci dan hina.
Akan tetapi bukan berarti apapun yang dilakukan penguasa pasti betul, bukan berarti ketika terjadi masalah dalam hubungan penguasa dan ummat, pasti ummat yang salah.
Apalagi menafikkan niat baik ummat, dan para ulama yang ikhlas yang ada ditengah-tengah mereka dan membimbing mereka, ini pun bukan perkara yang bijak.
Sebab ada yang bicara bahwa dakwah itu harus lemah lembut pada penguasa, disaat yang sama mengatai mereka yang jadi korban kekejaman aparat sebagai bangkai jahiliyah.
Sementara tabayun dan diskusi yang diajarkan agama, tak pernah dia lakukan pada mereka yang melakukan aksi, dia yang tak tahu, tapi merasa paling tahu.
Bagi saya sederhana saja, menjadi seorang Muslim, dan mendakwahkan Al-Qur’an, artinya kita sudah bisa jadi tuan atas lisan, mengubah diri kita jadi lebih baik.
Kalaulah mereka yang melakukan nasihat pada penguasa ada yang salah, harusnya dibenahi, bukan dicaci, dimaki dan diragukan ke-Islamannya.
Dan sedari tadi saya memeriksa, tiap paragraf itu juga cocok diaplikasikan pada saya yang menulis, astaghfirullah..
Ust. Felix Siauw