Rakyat Inggris Harap PM Baru Atasi Mahalnya Biaya Hidup
Truss berjanji akan memangkas pajak dan menangani krisis energi.
TRANSINDONESIA.co | Rakyat Inggris, Senin (5/9) mengatakan mereka harap perdana menteri baru Liz Truss akan menegakkan perubahan kebijakan yang akan mengatasi mahalnya biaya hidup akibat lonjakan harga energi, kekacauan industri, kemungkinan resesi dan perang di Ukraina.
Liz Truss mengalahkan mantan menteri keuangan Rishi Sunak pada Senin (5/9), dalam pemungutan suara yang dilakukan oleh para anggota Partai Konservatif. Ia menang dengan suara 81.326 dibanding 60.399.
Ia menjabat ketika harga gas mengalami kenaikan di negara-negara di seluruh Eropa akibat perang di Ukraina. Inggris, terutama, sangat bergantung pada gas untuk listrik dan pemanas, sehingga mendorong tingkat inflasi di atas semua negara-negara ekonomi besar di dunia.
Dalam pidato usai kemenangan, Truss berjanji akan memangkas pajak dan menangani krisis energi. “Saya akan menyusun rencana yang jelas untuk memangkas pajak dan menumbuhkan ekonomi. Saya akan mengatasi krisis energi yang berdampak pada biaya listrik masyarakat, dan juga menangani isu jangka panjang terkait pasokan energi,” ujarnya seperti dilaporkan AFP.
Seorang pelayan dari Barnsley, Chelsea Duffy, berharap Truss akan menepati janjinya. “Di utara kami sangat memerlukan bantuan itu. Dan ia bilang ia akan membantu terkait harga energi dan biaya hidup. Dan itu yang benar-benar kami butuhkan,” ujarnya kepada Reuters.
Tapi mahasiswa dan terapis pijat olahraga, Tony Cole, tak berharap banyak. “Dia bicara beberapa hal, melakukan beberapa upaya, tapi pada akhirnya semua akan kembali ke sedia kala. Tidak ada yang akan berubah. Lihat saja, mereka melakukan hal yang kurang penting dalam sebulan belakangan, ketimbang berusaha mengatasi mahalnya biaya hidup. Tapi mereka memutuskan tidak, nanti saja setelah pemilu. Tidak ada yang akan berubah.”
Pemimpin Partai Buruh Inggris Leir Starmer, Senin (5/9) mengatakan bahwa Truss “kurang bersimpati dengan kebutuhan masyarakat” dan “tidak memihak kelompok pekerja.”
“Kami mendengar lebih banyak dari perdana menteri baru soal potongan pajak korporasi selama musim panas ketimbang krisis biaya hidup. Itu adalah satu-satunya isu yang paling membebani jutaan rumah tangga. Dan itu menunjukkan bahwa ia tidak hanya kurang bersimpati, tapi juga tidak memihak kelompok pekerja,” ujarnya kepada Sky News seperti dilaporkan AP.
Kemenangan Truss memicu dimulainya penyerahan kekuasaan dari Boris Johnson, yang dipaksa mengumumkan pengunduran dirinya pada Juli setelah skandal berbulan-bulan yang menyebabkan dukungan terhadap pemerintahannya memudar.
Johnson akan bertemu Ratu Elizabeth di Skotlandia pada Selasa (6/9) untuk menyerahkan surat pengunduran diri secara resmi. Truss akan mengikuti Johnson dan akan diminta untuk membentuk pemerintahan oleh Ratu. [voa]