MAHAR

TRANSINDONESIA.co | Mahar dapat dipahami sebagai tanda saling memahami, saling menerima dan bukan sebagai transaksi jual beli. Mahar dapat juga dipahami sebagai wujud penghormatan atau kompensasi atas sesuatu sebagai tanda kasih.

Mahar memang bukan bisnis. Bisa saja dengan barang atau uang. Apa yang diberikan bisa lebih murah atau lebih mahal. Mahar biasanya berkaitan dengan barang barang yang berkaitan dengan kekuatan supranatural.  Istilah mahar banyak digunakan untuk menghaluskan atau membuat lebih sopan atas sesuatu yang berkaitan dengan politik, jabatan, kekuasaan, dsb.

Mahar menjadi tanda kesepakatan yang dimanfaatkan para broker untuk menjembatani pemberian rekomendasi, restu atau sebagai keluarga atau saudara. Mahar menjadi bagian dari transaksi sponsor atau rekomendasi atau perjanjian perjanjian untuk transaksi pra, saat maupun paska.

Para broker sadar kaum ningrat tidak mau kotor tangannya agar tetap terkesan anggun, baik dan benar, walau maunya tetap lebih besar atau lebih banyak. Broker akan menjadi penghubung sekaligus jagal dan dept collectornya. Para broker memang lihai melayani dan membuat happy para kaum ndoro. Broker inilah yang mondar mandir mencari orang yang cocok untuk per maharan.

Tatkala sudah deal maka broker akan mencarikan persyaratan dan mempertemukan dengan ndoro untuk memberi restu atau rekom atau sponsor. Semakin besar sumberdaya yang ditransaksikan akan semakin besar maharnya. Para broker ini orang yang paling menikmati dan menguasai. Broker bagai promotor tinju, tidak peduli dengan kalah menang yang penting cuan.

Para broker menyadari bahwa pendekatan personal dalam birokrasi menjadi ladang emasnya. Para broker memposisikan sebagai soft power atau smart power. Komunikasi, kedekatan, kepercayaan menyimpan rahasia menjadi kebanggaannya.

Para broker ini selama menguntungkan akan semakin loyal. Pelayanan personal menjadi yang pertama dan utama. Para broker rela untuk mbabu asalkan tetap dekat dengan ndoro. Asal ndoro senang apapun ia lakukan. Para broker ini bagai renang katak kerjanya, menyembah ke atas, menyempak yang di samping dan menginjak yang di bawah.

Para broker mampu menentukan mahar sesuai dengan stratifikasi kekuatan atau kekuasaan yang ditawarkannya. Semakin besar proyek yang ditawarkan maka akan mematok mahar besar.

Mahar menjadi topeng transaksi. Yang variasinya beragam dari uang tunai, sertifikat, atau apa saja yang dianggap sesuai dengan nominal yang telah disepakatinya. Mahar menjadi sesuatu yang bukan tabu dan tanpa malu malu dipatok angka. Mahar di tangan broker akan berkembang dalam jejaring mafia. Ndoro senang semua aman nyaman dan kerja ubyang ubyung semua serba ada serba beres.

Mahar telah disalahpahami dan dimaknai bukan sebagaimana yang semestinya. Mahar bukan di pasar dan bukan dipatok dalam besaran angka. Mahar mwnjadi transaksi informal saling percaya dan apapun yang terjadi tetap asu gede menang kerahe. *Chrysnanda Dwilaksana

Jelang tengah malam 050822

Share
Leave a comment