Titip Polri
TRANSINDONESIA.co | Oleh: Brigadir Jenderal Pol Chrysnanda Dwilaksana.
Pada saat kami sowan ibu Hoegeng beberapa tahun yang lalu ada satu pesan dari beliau: “Titip Polri”.
Saya saat itu terkejut, dan bingung. Kami tidak memahami apa pesan beliau. Kami akan bertanya tentu tidak etis. Saya spontan berkata: “Siap Ibu”.
Dalam hati saya berkata kepada diri saya: “Siapakah aku ini, aku bisa apa?, mendapat pesan begitu berat dan maknanya dalam”.
Waktupun berlalu kami beberapa kali melihat film wawancara kami dengan Ibu Hoegeng dan berulang kali merenungkan apa makna pesan Ibu Hoegeng. Kamipun sering menceriterakan sekilas. Menulis tentang Pak Hoegeng.
Pada saat saya akan mengikuti misa di hari minggu pagi, di gereja St Albertus Agung Jetis, saya seperti terlintas pesan Ibu Hoegeng “Titip Polri”. Dalam doa dan perenungan saya sebelum misa seakan saya melihat makna pesan tadi. Polri yang ibu maksud bukan bangunan atau gedung atau jabatan, atau kewenangan melainkan nama baik dan kepercayaan masyarakat kepada Polri. Saya menjadi teringat pepatah jawa yang mengatakan: “kelangan bondo iku ora kelangan opo opo, kelangan nyowo iku agi kelangan separo, kelangan kapercayan kelangan sak kabehane”.
Menjaga Polri menurut saya menjaga diri kita masing para anggota Polri, para ASN atau siapapun yang bekerja di institusi Polri termasuk para mitranya, melalui pikiran perkataan dan perbuatannya menjaga nama baik dan kepercayaan publik kepada Polri.
Seakan gampang namun sejatinya sangat sulit karena ini wujud kesadaran, tanggungjawab dan disiplin. Musuh terbesar adalah diri kita sendiri. Tatkala dari diri kita mampu menjada pikiran perkataan dan perbuatan bagi nama baik dan kepercayaan publik kepada Polri maka Polri terjaga nama baik dan kepercayaan publiknya.
Dengan demikian dapat menjabarkan dan mengimplementasikan bahwa polisi dengan pemolisiannya akan berkaitan dengan: kemanusiaan, keteraturan sosial dan peradaban.
Maturnuwun Ibu Hoegeng yang sudah memberikan pesan moral begitu dalam, nyuwun pangestunipun.**
Jetis 140822