AS, Sekutu Ingin Batasi Harga Minyak Rusia untuk Hambat Invasi

TRANSINDONESIA.co | Dengan ribuan sanksi yang telah dijatuhkan pada Rusia untuk menghambat ekonominya, Amerika Serikat dan sekutunya kini sedang mengupayakan langkah terbaru untuk menghentikan mesin perang Rusia sambil berupaya menghentikan kenaikan harga minyak dan bensin ke tingkat yang dapat menghancurkan perekonomian global.

Minyak, yang menjadi pilar utama pendapatan keuangan Kremlin, telah membuat ekonomi Rusia dapat bertahan meskipun terdapat larangan ekspor, sanksi dan pembekuan aset bank sentral. Sekutu AS di Eropa berencana untuk mengikuti pemerintahan Biden dan mengambil langkah-langkah untuk menghentikan penggunaan minyak Rusia pada akhir tahun ini, sebuah langkah yang menurut beberapa ekonom dapat menurunkan pasokan minyak di seluruh dunia dan mendorong kenaikan harga hingga menyentuh $200 per barel.

Washington dan para sekutunya ingin membentuk kartel pembeli untuk memaksa Rusia menerima harga minyak di bawah pasar. Para pemimpin negara Kelompok Tujuh (G7) secara tentatif telah menyetujui untuk membatasi harga minyak Rusia. Dalam bahasa yang sederhana, negara-negara yang menyetujui perjanjian tersebut akan membeli minyak Rusia dengan harga yang lebih rendah dari harga pasar.

Rusia tidak memberikan tanda apakah akan menyetujui perjanjian tersebut. Kremlin juga memiliki opsi untuk membalas langkah itu dengan menarik minyaknya dari pasar, yang akan menyebabkan lebih banyak gejolak.

Biaya energi yang tinggi telah membebani ekonomi dan mengancam persatuan di antara negara-negara yang menentang invasi Presiden Rusia Vladimir Putin ke Ukraina, yang dimulai sejak Februari lalu. Presiden Joe Biden sudah menyaksikan popularitasnya menurun ke tingkat yang dapat merugikan peluang Partai Demokrat dalam pemilihan sela pada November mendatang.

Sementara itu, para pemimpin di Inggris, Jerman dan Italia sedang menghadapi gejolak ekonomi yang disebabkan oleh upaya untuk tidak membeli gas alam dan minyak asal Rusia.

Gagasan di balik pembatasan tersebut adalah untuk menurunkan harga gas bagi konsumen dan membantu menghentikan perang di Ukraina. Menteri Keuangan AS Janet Yellen saat ini sedang melawat ke negara-negara Indo-Pasifik untuk melobi proposal tersebut.

Di Jepang pada Selasa (12/7), Yellen dan Menteri Keuangan Jepang Suzuki Shunichi dalam pernyataan bersama mengatakan negara-negara telah sepakat untuk mengeksplorasi “kemungkinan batas harga yang sesuai.”[voa]

Share